KedaiPena.com – Walaupun bencana geologi tak sebanyak kejadian bencana hidrometeorologis tapi dampaknya bisa jauh lebih merusak. Dengan kondisi Indonesia yang secara geografi merupakan daerah rawan bencana, pemahaman masyarakat dan aparat terkait mitigasi dan adaptasi merupakan poin penting dalam mengeluarkan kebijakan pembangunan ruang untuk memastikan risiko dapat ditekan serendah mungkin.
Direktur Pengembangan Strategi Penanggulangan Bencana, BNPB, Dr. Ir. Agus Wibowo, SSi, MSi, menyatakan adanya 12 ancaman bencana di Indonesia, menyebabkan ada 204 juta penduduk yang berada di daerah rawan bencana, Rp670 triliun aset berada di wilayah risiko bencana dan lebih dari 80 juta hektar wilayah berpotensi rusak jika terjadi bencana.
“Dari semua bencana ini, yang dominan adalah bencana hidrometeorologi atau 98 persen dari total kejadian bencana. Sementara bencana geologi hanya 2 persen. Tapi dalam kurun 10 tahun terakhir, korban terdampak bencana geologi mencapai 60 persen,” kata Agus dalam diskusi yang digelar ISKINDO, Selasa (28/12/2021).
Ia menjelaskan ada enam tantangan dalam permasalahan kebencanaan di Indonesia.
“Peningkatan ancaman bencana karena perubahan iklim, alih fungsi lahan dan kerusakan lingkungan, pertambahan jumlah penduduk, ketersediaan data dan informasi terbatas, pemahaman dan respon masyarakat maupun aparat pada bencana masih rendah, tata kelola penyelenggaraan penanggulangan banjir serta pemanfaatan ruang dan pembangunan yang belum sepenuhnya mempertimbangkan aspek risiko bencana,” urainya.
Agus juga menyatakan berdasarkan data bencana selalu berulang walaupun tak diketahui pasti terkait waktunya.
“Sehingga prevensi ini sangat penting dalam mengantisipasi kejadian bencana tersebut. Targetnya tentu meminimalisir dampak kerugian dari kejadian alam tersebut. Kalau bencananya kan tidak bisa dicegah,” urainya lagi.
Bencana merupakan kejadian yang merusak hasil pembangunan, berhentinya kehidupan sosial ekonomi dan degradasi lingkungan. Sehingga yang perlu dilakukan adalah bagaimana mengelola pengetahuan untuk meminimalisir risiko.
“Jadikan bencana tidak hanya sebagai wake up call saja. Tapi terus menyiapkan strategi ke depan untuk pembangunan yang lebih baik terhadap risiko bencana yang ada,” tandasnya.
Laporan : Natasha