Artikel ini ditulis oleh Anthony Budiawan, Managing Director PEPS.
Musim pemilu dan pilpres, baliho bertebaran di mana-mana. Pemandangan ini hampir merata di seluruh kota di Indonesia. Begitu juga di Padang. Kontestasi pemilu dan pilpres menjadi arena kontestasi baliho, saling lomba kemegahan.
Sesampai di kota Padang, ada satu baliho yang sangat menarik perhatian. Baliho tersebut memang sangat megah dan kokoh. Tetapi, bukan kemegahan dan kekokohannya yang menarik perhatian. Melainkan, baliho ini sangat unik.
Umumnya, dalam menghadapi pemilihan presiden, sebagai bagian dari sosialisasi kepada masyarakat, baliho menampilkan wajah pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Tetapi, baliho unik ini hanya menampilkan wajah calon presiden Prabowo saja. tanpa wajah calon wakil presiden.
Saya bertanya-tanya, apakah ini kesalahan?
Rekan di kota Padang kemudian menjelaskan, itu bukan kesalahan. Tapi memang disengaja. Bagian dari strategi.
Karena si “botol” tidak laku khususnya di kota Padang dan Sumatra Barat, katanya menambahkan.
Si “botol”? Saya bertanya siapa si “botol”, dan apa artinya.
Pertanyaan saya hanya dibalas dengan senyuman saja.
Saya meyakini, yang dimaksud “botol” tentu saja Gibran, pasangan calon wakil presiden dari Prabowo. Sekali lagi dia hanya menjawab dengan tersenyum.
Apakah semua ini berarti dampak negatif “botol” sudah begitu nyata, sehingga harus dihilangkan dari baliho?
Sampai kembali ke Jakarta, rekan di kota Padang tidak menjawab apa arti “botol”!
Jakarta, 12 Januari 2024
[***]