KedaiPena.Com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam rapat dengan DPR, beberapa waktu lalu menyampaikan, pertumbuhan ekonomi kuartal I di kisaran 4,5 sampai 4,7 persen.
Namun ternyata pada 5 Mei 2020, BPS mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal I pada tingkat 2,97 persen.
Lalu, Menkeu menyampaikan kepada Komisi XI bahwa angka defisit dalam Peraturan Presiden No. 54/2020 tentang Perubahan Postur Dan Rincian APBN TA 2020 dipatok pada angka 5,07 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Namun, saat jumpa pers secara virtual pada Senin sore kemarin, Menkeu mengumumkan bahwa ada pelebaran defisit APBN menjadi 6,27 persen. Jadi defisitnya melonjak dari Rp 852,9 triliun menjadi sekitar Rp 1.028,5 triliun.
Oleh karena itu, anggota DPR Mukhamad Misbakhun menganggap Menkeu gagal membuat prediksi yang tepat.
Politisi Partai Golkar itu khawatir, Presiden Joko Widodo akan menanggung efek dari kesalahan Menkeu dalam merumuskan kebijakan.
Misbakhun menilai SMI gagal membuat prediksi akurat tentang indikator ekonomi yang penting. Penilaiannya didasari pada kondisi riil tentang angka pertumbuhan ekonomi dan pelebaran angka defisit.
Sementara itu, begawan ekonomi, Dr. Rizal Ramli mengamini kritikan Misbakhun.
Kata RR sapaan akrab Menko Prekonomian era Presiden Gus Dur ini, bukan kali ini saja, sudah bertahun-tahun “menkeu terbalik” itu meleset dan ngawur dalam melakukan perkiraan-perkiraan ekonomi.
Namun anehnya, meski sering tidak akurat, tapi Sri Mulyani tidak pernah mengaku bersalah dan merasa malu.
“Dari sejak tiga tahun yang lalu, perkiraan-perkiraan ekonomi Menkeu SMI sangat sering tidak akurat, meleset dan ngawur. Tapi ndak ada malunya,” kara RR kepada redaksi, Selasa (19/5/2020).
Laporan: Muhammad Lutfi