KedaiPena.Com – Ketika membahas megaskandal Jiwasraya, Begawan Ekonomi Rizal Ramli teringat cerita anak-anak ‘Snow White’. “Mirror, mirror on the wall, who stole Jiwasraya”. Menurut Rizal, harus dicoba untuk menjawab pertanyaan itu, sebelum mencari solusinya.
Ia melanjutkan, ada beberapa yang harus dikaji dalam kasus megaskandal Jiwasraya. Salah satunya adalah peranan dari ‘accounting firms’.
Di Indonesia, kata dia, hampir semua perusahaan yang ‘go public’ harus menggunakan ‘Top 5’ ‘accounting firm’ seperti Andersen, Price Waterhouse Coopers (PwC), dan lain-lainnya.
“Mereka pada dasarnya oligopoli, ‘fee’ mahal sekali tapi kerjanya banyak yang abal-abal. Mereka merekayasa laporan keuangan Garuda sehingga keliatan untung,” tegas Rizal di Jakarta, ditulis Rabu (8/1/2020).
Dalam kasus itu, sambung dia, ada perusahaan diberikan izin untuk membuat WIFI di seluruh pesawat Garuda. Diperkirakan untungnya hampir 400 juta dolar lebih, dan langsung dibukukan hari ini walaupun perusahaanya belum jalan.
“Kok bisa ‘accounting firm’ ternama beraninya menyimpulkan satu tindakan yang sangat kriminal, tidak terkena sanksi yang berat. Jadi, kami minta asosiasi profesi akuntan dan pemerintah untuk memberikan sanksi yang tegas dan berat,” kesalnya.
“Karena jika pasar modal kita laporan keuangannya abal-abal, seperti Garuda dan Jiwasraya, apa yang dapat kita percaya?,” kecewa dia.
“Harus ada sanksi legal, kriminal, maupun penalti keuangan supaya tidak berulang lagi. Jika perusahaan-perusahaan ‘accounting’ tidak ditindak tegas, maka akan berulang lagi, dia akan kasih laporan abal-abal lagi dan kita dipaksa percaya,” tambah Rizal.
Laporan: Muhammad Lutfi