KedaiPena.com – PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID berupaya memberikan nilai tambah pada komoditas mineral dan batubara di Indonesia, tak terkecuali komoditas bauksit.
Langkah yang dilakukan oleh MIND ID untuk meningkatkan nilai tambah terealisasi lewat pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah fase 1 yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 24 September 2024 lalu.
Proyek SGAR Mempawah fase 1 dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia, perusahaan patungan dari Anggota MIND ID, yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTAM).
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menyampaikan inisiatif strategis ini sesuai dengan mandat hilirisasi pemerintah yang menghendaki peningkatan nilai tambah yang optimal serta multiplier effect yang lebih baik di setiap mata rantai ekonomi.
“Keberadaan proyek SGAR mampu memberikan nilai tambah hingga 5 kali lipat terhadap komoditas bauksit, dan tentunya akan memberi multiplier effect ekonomi yang baik,” kata Hendi Prio, dalam keterangan tertulis, Rabu (9/10/2024).
Ia menyampaikan tingginya angka impor aluminium untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, membuat para pemangku kepentingan bersama-sama berusaha meningkatkan kapasitas produksi nasional. Tecatat, importasi aluminium selama ini telah menyedot devisa negara hingga 3,5 miliar Dollar Amerika atau sekitar Rp59 triliun setiap tahun.
Padahal, Indonesia merupakan negara dengan cadangan bauksit terbesar nomor 6 di dunia, yakni sebanyak 1 miliar ton. Bahkan, RI juga sempat tercatat sebagai eksportir bauksit nomor dua dengan menguasai 8,7 persen pangsa pasar global.
Hendi meyakini proyek SGAR fase 1 bisa menjadi pijakan bagi Indonesia untuk mengurangi impor aluminium. Proyek ini memiliki kapasitas output 1 juta ton alumina per tahun yang diperoleh dari 3,3 juta ton bauksit. Dengan kapasitas tersebut, kebutuhan smelter INALUM di Kuala Tanjung yang saat ini sebanyak 600.000 ton alumina per tahun bisa dipenuhi dari SGAR.
“Dengan demikian, Inalum tidak perlu lagi mengimpor alumina untuk menghasilkan sekitar 300.000 aluminium per tahun. Pasalnya, proyek tersebut nantinya tidak hanya untuk memproduksi alumina, tetapi hingga aluminium sebagai produk akhir,” katanya.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo menyebut Indonesia kehilangan Rp50 triliun devisa setiap tahun karena aktivitas impor aluminium untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Kita harus keluar devisa kira-kira 3,5 miliar Dollar setiap tahunnya, angka yang besar sekali Rp50 triliun lebih devisa kita hilang gara-gara kita impor aluminium,” ujar Jokowi saat meresmikan Injeksi Bauksit Perdana Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (24/9/2024).
Laporan: Tim Kedai Pena