KedaiPena.com – Takjub! Mungkin hanya itu yang bisa disampaikan pada jurnalis asal Surabaya, Yanni Krishnayanni. Bagaimana tidak, bersama tiga rekan jurnalisnya yaitu; Indrawan Ibonk, Sonny Wibisono dan Agus Asianto pada tanggal 28 Oktober 2021, mereka berkendara mengeliling Indonesia dengan sepeda motor dan melakukan pendakian ke seven summit Indonesia.
Yanni menjelaskan perjalanan yang bertema Jelajah Kebangsaan Wartawan (JKW) dilakukannya untuk memperingati perayaan Hari Sumpah Pemuda ke-93 tahun.
Hadir sebagai narasumber di acara IG Live Nina Nugroho , baru-baru ini, Yanni membagi kisah perjalanannya yang sudah mencapai 7672 km.
“Rencana awal 17.000 km. Masih 10.000 km lagi, memulainya dari Jakarta, Sumatera, Bangka juga sudah. Sekarang saya dan kawan-kawan sudah berada di Kalimantan. Insya Allah perjalanan ini akan berakhir pada 9 Februari 2022, bertepatan dengan perayaan Hari Pers Nasional di kota Kendari,” kata Yanni dalam acara #akuberdaya oleh Nina Nugroho, Sabtu (8/1/2022).
Sebagaimana diketahui , daftar puncak tertinggi di Indonesia ini telah membawa nama tanah air sebagai sasaran destinasi sport tourism bagi wisatawan penyuka tantangan. Sport tourism merupakan wisata yang mengkombinasikan antara olahraga dan pariwisata. Saat ini sport tourism banyak digandrungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Di Indonesia, 7 puncak tertinggi yang menguji adrenalin, adalah: Gunung Kerinci, Gunung Semeru, Gunung Rinjani, Gunung Bukit Raya, Gunung Latimojong, Gunung Binaiya, Carstensz Piramid (Puncak Jaya).
Tentunya, perjalanan empat sekawane ini mengundang decak kagum, tak hanya dari desainer Nina Nugroho yang memandu acara live Instagram ini dibuat terkagum-kagum mendengar cerita Yanni yang seru tapi juga sesama jurnalis.
“Karena ini bukan perjalanan yang main-main, seperti apa Mbak Yanni memenej kesehatan,” tanya penggagas gerakan #akuberdaya, ini.
Yanni memberitahu kuncinya adalah jangan menjadikannya sebagai beban, sebab pikiran yang demikian justru akan menurunkan imunitas tubuh.
“Enjoy aja, kalau dipikirin justru akan terasa berat. Segala sesuatu yang terlalu dipikirkan, tanpa kita sadari menekan secara mental. Akhirnya imun jadi turun, badan ikutan drop,” papar ibu satu putra ini.
Menurut Yanni, hasil perjalanan JKW ini akan dituangkan kedalam sebuah buku yang mengupas berbagai potensi wisata untuk kemudian dijadikan referensi bagi turis domestic maupun mancanegara.
Sementara terkait pendakian ke seven summit Indonesia yang dilakukannya secara solo, dikatakan Yanni tidak terlepas dari impiannya sejak usia 15 tahun.
“Entah ini sebuah kebetulan, mimpi ini baru terealisasi di usia saya yang ke 51 , tahun ini. Jadi pesan moralnya adalah rawatlah mimpimu sampai kapan pun. Maka Tuhan akan bantu mewujudkan di saat yang tepat. Menurut saya saat ini adalah saat yang tepat, karena 8 tahun lalu saya justru masih sibuk dengan mengurus orang tua dan anak. Kini saatnya merealisasikan mimpi-mimpi saya yang tertunda,” ujar Yanni, lagi.
Banyak kisah-kisah seru yang dialami Yanni dan ketiga rekannya selama perjalanan JKW ini.
Salah satunya saat berpapasan dengan macan sebanyak 2 kali dalam pendakian ke Gunung Bukit Raya di Kalimantan Selatan. Maklum meski ketinggiannya hanya 2.278 mdpl -tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan 6 gunung lainnya yang masuk dalam jajaran 7 puncak gunung tertinggi di Indonesia- medan untuk menuju puncak membutuhkan waktu 5 hingga 6 hari. Tak heran, kemungkinan bertemu berbagai binatang buas pun semakin besar.
“Karena waktunya lama, kemungkinan bertemu binatang buas sangat besar ya. Saat bertemu macan, kami cuma berpandang-pandangan. Mungkin si macan terkejut dan saya pun terkejut. Ketemu kumpulan rusa juga, karena hutannya masih sangat asri. Dan yang paling seru adalah pacetnya banyak, lintah dan pacet adalah dua hal yang berbeda. Lintah di dalam air, saya sampai bertanya pada Tuhan kenapa pacet diciptakan padahal tidak dapat dimakan,” ujar Yanni, sembari merenung.
Yanni selalu mengambil hikmah dari setiap peristiwa hidup yang dilaluinya. Menurutnya naik gunung tak ubahnya seperti orang yang sedang meniti karier, harus ada step by step-nya.
Bahwa naik gunung bukanlah sekedar angan-anak, tapi harus dilakukan upaya untuk mewujudkannya. Jangan lupa lakukan persiapan agar sampai pada tujuan di puncak.
“Kalaupun sudah mempersiapkan keseluruhan tapi ternyata kita tidak sampai puncaknya, bagi saya itu bukan suatu kegagalan paling tidak kita tahu kemampuan kita sampai dimana. Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari naik gunung, tujuan kita adalah puncak. Tapi dalam perjalanan jangan terus-terusan dilihat puncaknya. Nikmati perjalanan ketemu apa, perhatikan sekelilingnya. Kalau capek istirahat seperti yang tadi saya ucapkan, laper ya makan, haus ya minum, capek ya tidur. Dan bagi saya perjalanan ini bukan sebagai ajang pembuktian pada siapa pun. Menurut saya perempuan fitrahnya sudah luar biasa. Sayangnya terkadang kita nggak sadar. Padahal semua orang, baik perempuan atau laki-laki mampu melakukan kegiatan apapun, asalkan dia mau,” pungkas Yanni.
Laporan : Natasha