Artikel ini ditulis oleh Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik.
Namanya Hasnaeni Moein, putri seorang politisi PDIP Max Moein. Lebih dikenal dengan julukan ‘Wanita Emas’. Wanita emas ini membongkar borok jeroan KPU.
Memang benar, kalau partainya (Partai Republik Satu) lolos verifikasi KPU, menjadi peserta Pemilu 2024, pastilah borok-borok KPU tidak akan diungkap ke publik. Karena partainya gagal, maka borok pun diungkap.
Sebenarnya, ini bukan hanya aib dari Hasyim Asy’ari ketua KPU. Tapi ini juga aib Hasnaeni Moein. Mungkin karena kecewa, marah dan merasa dikhianati, akhirnya Hasnaeni bernyanyi tanpa peduli lagi aibnya tersingkap.
Nyanyian Hasnaeni soal ‘Gratifikasi Seks’ bisa saja dianggap angin lalu, karena dalam sistem sekuler yang super liberal dan hedonis saat ini, seks dan zina sudah seperti life style. Para politisi culas, sudah terbiasa berzina dan memberikan permakluman terhadap perzinahan.
Namun, ketika dikaitkan dengan verifikasi partai, semua partai yang tak lolos pun meradang. Nyanyian Wanita Emas menjadi konfirmasi adanya kecurangan, jauh sebelum Pemilu dilaksanakan.
Apalagi, ketika beredar informasi Ganjar Erick yang akan dimenangkan. Rasanya, tidak ada lagi semangat untuk melakukan perubahan melalui Pemilu.
Padahal, saat ini masyarakat sedang gandrung-gandrungnya pada sosok capres. Ingin sekali perubahan segera terjadi. Sejumlah relawan ini dan itu, sudah dibentuk disana sini.
Alhasil, upaya dan ikhtiar untuk memilih pemimpin baru, menjadi tidak bernilai karena hasil akhir Pemilu sudah ditentukan. Kita jadi ingat, ucapan terkenal Joseph Stalin yang dikutip ulang oleh Karni Ilyas, Presiden ILC:
“Orang-orang yang memberikan vote (suara) tidak menentukan hasil dari pemilu. Namun orang-orang yang menghitung vote itulah yang menentukan hasil dari pemilu”
Lalu, untuk apa kita capek-capek kampanye kalau hasil akhirnya sudah ditentukan? Untuk apa kita capek-capek berdesakan menuju TPS memberikan suara untuk memilih pemimpin kalau hasil akhirnya sudah ditentukan?
Kasus Hasnaeni Moein si Wanita Emas ini menjadi pertanda, bahwa Pemilu jujur itu rasanya hanya mimpi. Bahkan, mimpi yang terjadi di siang bolong.
[***]