KedaiPena.Com – Indonesia tidak akan bisa berubah, selama masyarakatnya tak memiliki modal militansi yang kuat.
Demikian disampaikan Tokoh Nasional Rizal Ramli saat mengisi acara diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan belum lama ini.
Ia mencontohkan kasus Pilpres Malaysia beberapa waktu lalu. RR sapaan Rizal Ramli bercerita, seminggu sebelum pilpres di Malayasia, hampir semua analis baik di dalam maupun luar negeri, yakin betul bahwa yang akan menang Najib Razak.
“Saya kebetulan teman baik ketiganya, Najib, Anwar, Mahathir. Kenapa Najib banyak diprediksi menang telak dalam Pemilu Raya Malaysia? Karena Najib Razak dibackingi oleh partai paling besar. Aparat negara seperti polisi, militer bersama Najib,” sambung Gus Romli, panggilan Rizal di kalangan Nahdliyin.
Demikian dengan media massa juga dikuasai 100 persen. Bahkan, lanjut Rizal Ramli, sejumlah penasihat bidang sosial media dari luar negeri semua dikaryakannya.
“Tetapi pendukung pendukung Mahathir dan Anwar Ibrahimm sangat militan. Saya lihat video-video termasuk calon anggota DPR Malaysia pada waktu itu, dibandingkan di Indonesia, mohon maaf, di kita jarang yang militan,” papar Rizal.
Ia menambahkan, di Malaysia, mulai dari Anwar Ibrahim sampai caleg-calegnya berani berkata jujur dan lantang bahwa Najid itu lanun. “Lanun itu perompak. Bahwa Najib itu lancung, orang yang tak bisa dipercaya. Orang yang pasti berkhianat,” ujarnya.
Jadi, kata Rizal Ramli, temanya konsisten sampai ke bawah. Jika dibandingkan dari segi uang, Najib jelas sangat lebih kuat dari pada Mahathir dan Anwar Ibrahim. Belajar dari Pemilu Raya Malaysia, Rizal Ramli menyimpulkan bahwa modal utamanya adalah militansi.
“Essensinya kalau melawan atau menantang yang kuat kalau gak ada militansi, jangan ngimpi dah! Dan mohon maaf sampai detik ini saya belum melihat militansi itu. Yang teriak teriak sih banyak, cuma di sosial media, tetapi militansi masih harus dibuktikan,” tegasnya.
Apa itu militansi? Rizal Ramli menjelaskan, militansi yaitu orang yang bekerja di luar kewajibannya. Sekalipun bekerja tanpa uang, ia tetap jalan.
Laporan: Muhammad Hafidh