KedaiPena.Com – Posisi Kota Bandung yang dikelilingi oleh gunung, menjadikan kota Bandung dengan kota sejuta keindahan, khususnya wisata alam. Tidak heran jika kemudian Pada zaman penjajahan dulu, Bandung dijuluki sebagai ‘Paris Van Java’.
Selain keindahan lanskap yang memanjakan mata, Bandung pun menyuguhkan kekayaan sejarah dan budaya, terutama di sekitaran masyarakat yang tinggal kaki-kaki gunung.
Komunitas Jelajah Gunung Bandung (JGB), adalah salah satu komunitas di Bandung yang berusaha melihat dan merasakan keberadaan gunung-gunung Bandung. Tidak hanya terbatas pada ketinggian yang menjulang, tapi juga sejarah dan budayanya.
“Cekungan Bandung, selain dari surganya kajian geologi dan geografi, menjadi daya tarik tersendiri bagi JGB untuk berusaha melihat dari sisi lain,” kata Ketua JGB, Muhammad Seftia Permana kepada KedaiPena.Com, Senin (17/10).
Tanggal 15 dan 16 Oktober 2016 lalu, komunitas JGB menggelar sebuah acara di kawasan Tebing Keraton dengan Agenda ‘Milangkala Jelajah Gunung Bandung ke-6’. Selain dari syukuran dengan usia yang menginjak enam tahun, juga diilakukan pergantian ketua.
“Selain itu, kami JGB juga melakukan peluncuran Program ‘Ensiklopedi Gunung Bandung’. Program ini merupakan sebuah program jangka panjang yang berbentuk pengumpulan data gunung-gunung yang berada di Bandung,” jelas dia.
Selain mengacu pada data literasi, JGB pun melakukan pendataan lapangan dengan mengunjungi dan mengumpulkan informasi ke setiap pemukiman atau tokoh masyarakat di kaki gunung.
“Data atau informasi yang dikumpulkan meliputi informasi terkait sejarah masyarakat setempat, mitos, cerita rakyat, dan bahkan hal penamaan atau penyebutan gunung. Karena, tidak menutup kemungkinan untuk satu gunung akan memiliki penyebutan atau penamaan yang berbeda,” sambung dia.
Seperti contoh, Gunung Rakutak yang berada di kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Di daerah Desa Sukarame, masyarakat menyebut gunung tersebut dengan nama Gunung Rakutak. Namun tidak demikian dengan masyarakat yang berada di sisi sebelah selatan atau utara dari Gunung Rakutak.
“Masyarakat Kampung Pereng, yang berada di sisi utara Gunung Rakutak menyebutnya dengan nama Gunung Rajet,” serunya.
Itu baru dari penamaan saja. Belum lagi dari cerita masyarakat yang beredar. Setiap perkampungan sisi gunung yang berbeda, memiliki cerita dan kisahnya sendiri.
“Belum lagi dari hal lain, seperti kesenian, adat tradisi, dan lain halnya yang masih banyak belum diketahui,” Vijay, sapaannya menambahkan.
Dari seluruh data yang didapat, akan dihimpun dalam sebuah kumpulan yang bernama ‘Ensiklopedi Gunung Bandung’. Jika kemudian terdapat perbedaan data antara satu sisi pemukiman dengan sisi lainnya, untuk gunung yang sama, bukan untuk disamaratakan.
“Tapi, hal itulah yang menjadi bahan informasi jika di kemudian hari ada yang akan mengembangkan dari data yang ada. Selain itu, perbedaan tersebut merupakan tanda kekayaan budaya masyarakat kaki gunung,” tandas Vijay.
(Prw)