AIRLANGGA yang dimaksud di sini, tentulah Airlangga Hartarto. Ia Ketua Umum DPP Partai Golkar, sekaligus Menteri Perindustrian di Kabinet Kerja Joko Widodo. Rabu (04/07/2018), Airlangga menemui pengurus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Agendanya, untuk membahas koalisi di Pemilihan Presiden 2019.
Kita tahu, Partai Golkar sudah mendeklarasikan dukungan untuk Joko Widodo di Pilpres 2019. Pertanyaannya, Airlangga bertindak untuk dan atas nama Partai Golkar atau sebagai perpanjangan tangan Joko Widodo? Ini penting untuk dicermati oleh PKB. Kenapa?
Karena, Partai Golkar atau Airlangga, bukan pimpinan partai koalasi. Setahu saya, struktur partai koalisi Jokowi, belum dibentuk.
Saat ini, di Koalisi Jokowi 2019, baru ada Partai Persatuan Pembangungan (PPP), sebagai satu-satunya partai berbasis Islam di sana. Itu tentu saja sangat tidak cukup, untuk menjangkau kalangan muslim untuk Pilpres 2019. Harap diingat, kalangan muslim sangat menentukan, terpilih atau tidak terpilihnya Jokowi.
Strategi PDI Perjuangan, dengan mengusung sejumlah pasangan calon di Pilkada 2018, dengan kombinasi Islam-Nasionalis, ternyata tidak ampuh. Setidaknya, itu tercermin dari hasil hitung cepat, yang sudah diketahui publik. Artinya, upaya untuk menjangkau kalangan muslim untuk Pilpres 2019, jelas makin tidak mudah.
Dengan kata lain, posisi tawar PKB sebagai partai berbasis Islam, relatif kuat. Koalisi Jokowi 2019, sangat membutuhkan partai berbasis Islam. Pertanyaannya, Airlangga bertindak untuk dan atas nama Partai Golkar atau sebagai perpanjangan tangan Joko Widodo? Ini penting untuk dicermati oleh PKB.
Ketika istigasah di kantor DPP Partai Golkar, pada Rabu (28/02/2018), Partai Golkar mengundang Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj. Di istigasah itu, Airlangga terang-terangan mengajak Nahdlatul Ulama (NU), mendukung Joko Widodo di Pilpres 2019.
Said Aqil Siradj menjawabnya dengan normatif. Dia selaku pemimpin NU, belum mengambil sikap, apalagi memberikan ajakan sampai ke bawah.
Pada Jumat (08/06/2018), Airlangga mengajak pengurus DPP Partai Golkar untuk bersilaturahmi dengan NU, dengan menyambangi Kantor PBNU, di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Meski disebut sebagai silaturahmi biasa, tapi menurut saya, itu adalah bagian dari gerakan Airlangga dan Partai Golkar untuk mengajak NU mendukung Jokowi di Pilpres 2019.
PKB belum menentukan sikap, mendukung atau tidak mendukung Jokowi. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, juga demikian. Jika kemudian PKB dan NU mendukung Jokowi di Pilpres 2019, maka yang pertama-tama mendapat kredit poin adalah Airlangga dan Partai Golkar. Itu jelas akan memperkuat posisi Airlangga di Koalisi Jokowi 2019.
Menurut saya, jika PKB dan NU berniat mendukung Jokowi di Pilpres 2019, ngapain juga diperantarai oleh Airlangga dan Partai Golkar. Toh, Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum PKB, bisa langsung berhubungan dengan Jokowi. Demikian pula dengan Said Aqil Siradj. Toh, Koalisi Jokowi 2019, sangat membutuhkan partai berbasis Islam dan organisasi massa berbasis Islam.
Jadi, jangan sampai terjebak pada manuver politik Airlangga dan Partai Golkar. Karena, merekalah yang pertama-tama akan memetik buahnya.
Oleh Isson Khairul, Pemimpin Redaksi KedaiPena.Com