PARA sahabat, dalam dunia pelayanan saat ini telah hadir pelayan-pelayan jenis baru yang berupa mesin. Ada mesin pintar dalam smartphone kita yang bisa diajak bicara seperti siri di ios atau google assitance di android.
Bahkan perkembangan terakhir mesin pintar ini berkembang menjadi asisten pribadi seperti google assitance, allice hingga jarvis yang dipakai Iron Man.
Penerapan mesin pintar ini juga diterapkan di dunia kedokteran, pertambangan dan konstruksi dengan memanfaatkan artificial intelegent (AI) yang dapat menirukan kecerdasan manusia.
Di mana fungsi dari mesin ini adalah untuk membantu manusia dalam pekerjaan yang berisiko dan memerlukan akurasi yang tinggi.
Namun, para pelayan perlu waspada karena mesin-mesin ini tidak hanya membantu tetapi juga menggantikan pekerjaan manusia. Dari pekerjaan yang bersifat repetitif hingga analitik akan dikerjakan oleh mesin menggunakan machine learning atau mesin bodoh yang pintar.
Bahkan mesin jenis ini telah diterapkan pada dunia catur dan diberi nama deep blue yang bisa mengalahkan grand master Garry Kasparov.
Meskipun mesin telah lebih pandai, lebih akurat dan lebih kuat dari manusia, mesin tetaplah mesin, ia bukan manusia.
Mesin diciptakan oleh manusia dan dimaksudkan untuk membantu dan meringankan beban manusia. Artinya tidak untuk menggantikan kedudukan manusia.
Walaupun mesin-mesin tersebut terlihat humanis tetap saja mesin bukan manusia.
Dilain pihak, pola kehidupan manusia dewasa ini semakin terprogram.
Contohnya, rutinitas hidup diisi dengan bekerja dan bekerja. Bangun pagi, bekerja hingga petang, sampai rumah sudah larut, tidur dan bangun pagi lagi, terus berulang.
Dalam hal pendidikan juga sama, dimulai dari pendidikan pengenalan, playgroup, TK, ke pendidikan dasar SD, lanjut pendidikan menengah SMP dan SMA atau kejuruan lanjut pendidikan tinggi diploma atau sarjana lanjut master, doktor hingga guru besar.
Untuk makan pun sekarang diatur mengikuti program diet agar mendapatkan bentuk tubuh sehat dan ideal. Mau sukses pun ada metodenya ada program yang disiapkan.
Intinya manusia sekarang ini bagaikan mesin atau robot yang diprogram untuk mendapatkan tujuan tertentu.
Dampaknya saat ini manusia lebih individualistis, karena mereka sangat fokus dalam menjalankan program kerjanya serta tidak sempat melakukan kegiatan sosial di lingkungannya.
“Gak ada waktu,” ujarnya.
Meskipun mereka bisa berbagi, namun dilakukan melalui media sosial. Manusia saat ini juga sangat mendewakan program serta peraturan dan kadang lupa dengan rasa (kemanusiaan).
Sebagai contoh ada seorang anak yang meninggal karena ditolak oleh rumah sakit hanya karena kartu jaminan kesehatan orang tuanya tidak bisa digunakan untuk dirinya.
Banyak contoh kesulitan yang dialami oleh kita hanya karena tidak ada peraturannya atau tidak sesuai aturannya. Bahkan orang kreatif dilarang punya ide hanya karena belum ada aturannya.
Padahal aturan itu dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk peraturan. Itulah mengapa saat ini manusia sebagai human lebih bersifat mekanis.
Salah satu perbedaan besar antara mesin dan manusia adalah rasa dan perasan. Belum ada mesin yang mempunyai rasa bahkan perasaan.
Meskipun mesin atau robot bisa mengidentifikasi cewek cantik atau cute dan cowok ganteng atau cool, tapi robot tidak pernah bisa jatuh cinta.
Karena robot atau mesin bekerja berdasarkan logika seperti algoritma, model dan data.
Berbeda dengan manusia yang mempunyai rasa dan perasaan, manusia bisa jatuh cinta, trenyuh, galau dan ambyar. Rasa dan perasaan tersebut kadang sulit di logika.
Sehingga robot tidak akan bisa menikmati betapa indahnya jatuh cinta, bahkan ia tidak bakal mengerti istilah cinta itu buta, apalagi tahi kucing rasa coklat, gak masuk logika man. Itulah yang membedakan mesin dan manusia (human).
Meskipun robot atau mesin amat pandai dan semakin humanis, ia tidak akan pernah punya rasa atau perasaan. Karena rasa dan perasaan itu hanya dimiliki manusia.
Oleh karena itu sebagai manusia (human) yang memiliki rasa dan perasaan, gunakanlah itu untuk melayani sesama, meskipun peraturannya belum ada.
Selamat mempunyai rasa.
Oleh Vice President (VP) Bisnis Inovatif PLN Iman Faskayana