Artikel ini ditulis Guru Besar Ilmu Manajemen, Dekan Sekolah Pascasarjana, Perbanas Institute, Steph Subanidja
FENOMENA bagaimana menghindar dari generasi sandwich banyak dibicarakan generasi muda dalam beberapa dekade hingga saat ini. Pada dasarnya generasi sandwich mengacu pada kelompok orang dewasa yang harus mengurus orang tua yang sudah lanjut usia (lansia) sambil juga membesarkan anak-anak mereka sendiri. Asian Development Bank (ADB) merilis kajian dalam Aging Well in Asia, bahwa pada Mei 2024 angka ketergantungan hidup lansia di Indonesia mencapai 50% total lansia, yang ditandai dengan penerimaan transferan dari anak-anaknya.
Kemenkes RI menyebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, 63,59% lansia merupakan lansia muda di rentang usia 60-69 tahun. Sebanyak 26,76% adalah lansia madya berusia 70-79 tahun. Sementara, 8,65% adalah lansia tua atau berusia 80 tahun ke atas dari total 11,75% penduduk atau sekitar 30,24 juta, orang pada 2023. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia hingga akhir 2025 akan mencapai 36 juta jiwa dan hingga tahun 2045 jumlah penduduk lansia akan mencapai 20% dari total populasi seperti dirilis Knight Frank Global dalam Senior Housing Annual Review 2023-2024. Lantas bagaimana merencanakan masa depan, memuliakan lansia dan generasi sandwich menjadi bahagia?
Untuk Generasi Muda
Bagi generasi muda, menabung dan berinvestasi sedini mungkin bisa menjadi langkah awal yang bijak untuk mempersiapkan masa depan. Dengan berinvestasi secara beragam, keuangan akan lebih stabil dalam jangka panjang. Asuransi kesehatan dan jiwa juga bisa menjadi pilihan tepat untuk melindungi diri serta keluarga dari risiko finansial yang mungkin timbul, seperti biaya kesehatan atau kejadian tak terduga.
Merencanakan masa depan, termasuk memikirkan tentang pensiun, adalah keputusan cerdas yang akan membantu di masa mendatang. Mempersiapkan dana pensiun atau investasi jangka panjang sejak dini bisa memastikan masa tua yang lebih sejahtera. Selain itu, penting bagi generasi muda untuk terus belajar, terutama terkait manajemen keuangan, investasi, dan perencanaan keuangan jangka panjang. Saat ini banyak sumber belajar, mulai dari kursus online hingga buku yang mudah diakses. Tidak ada salahnya berdiskusi dengan pasangan atau keluarga mengenai perencanaan keuangan, agar semua pihak memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya hal ini.
Tidak kalah penting, generasi muda juga dapat mulai membicarakan keuangan dengan orang tua, terutama mengenai rencana mereka untuk masa pensiun dan asuransi. Mendorong orang tua untuk memiliki perencanaan keuangan yang matang dapat membantu mereka lebih mandiri di masa depan, sehingga tidak perlu terlalu bergantung pada anak-anak. Pastikan pula bahwa orang tua memiliki asuransi kesehatan yang memadai serta dana darurat untuk kebutuhan mendadak.
Pendidikan dan keterampilan juga menjadi investasi penting. Dengan mengejar pendidikan yang baik dan terus meningkatkan keterampilan, peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang stabil dan penghasilan yang layak akan terbuka lebar. Jangan ragu untuk terus mencari kesempatan untuk meningkatkan karier dan penghasilan. Selain itu, menjalani gaya hidup hemat bisa membantu menghindari utang yang tidak perlu, sekaligus memberikan ruang lebih untuk menabung. Sebaiknya hindari utang konsumtif dan fokus pada pelunasan utang yang ada.
Jaringan sosial yang kuat juga bisa menjadi sumber dukungan, baik secara emosional maupun praktis. Terlibat dalam komunitas dapat memberikan banyak manfaat, termasuk dukungan saat diperlukan. Jangan lupa juga untuk memanfaatkan aplikasi keuangan guna mempermudah pengelolaan keuangan secara efektif sejak dini. Dengan mengambil langkah-langkah ini, generasi muda bisa lebih siap menghadapi masa depan yang mandiri dan mengurangi risiko menjadi generasi sandwich.
Untuk Orang Tua
Bagi orang tua, menyisihkan dana untuk masa pensiun merupakan langkah yang bijak agar tidak sepenuhnya bergantung pada anak-anak di masa depan. Investasi dalam instrumen keuangan yang stabil dan berpotensi memberikan hasil yang baik dalam jangka panjang juga bisa dipertimbangkan. Selain itu, asuransi kesehatan dan jiwa yang memadai akan membantu mengurangi beban finansial anak-anak di masa mendatang.
Penting juga untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menabung, berinvestasi, dan mengelola keuangan dengan bijak sejak dini. Salah satu caranya adalah dengan memberikan contoh perilaku keuangan yang bertanggung jawab dan transparan. Menjaga kesehatan pun tak kalah penting. Dengan pola makan seimbang, olahraga rutin, serta pemeriksaan kesehatan berkala, orang tua dapat menjaga kualitas hidup dan mengurangi risiko penyakit kronis.
Jika memungkinkan, persiapkan diri untuk pensiun lebih awal melalui pengelolaan keuangan yang baik. Membangun sumber pendapatan pasif, seperti properti sewaan atau investasi yang menghasilkan dividen, bisa menjadi cara untuk mendukung kehidupan di masa pensiun. Selain itu, jalin komunikasi yang baik dengan anak-anak tentang harapan dan kebutuhan di masa tua. Jaringan sosial yang kuat, baik dari teman, keluarga, maupun komunitas, akan sangat membantu, baik secara emosional maupun fisik.
Pastikan pula bahwa anak-anak mendapatkan pendidikan yang baik, agar mereka bisa mandiri secara finansial di masa depan. Ajarkan anak-anak untuk menjadi mandiri dalam banyak aspek kehidupan, termasuk dalam pengambilan keputusan finansial dan pengelolaan rumah tangga. Dengan perencanaan yang baik, generasi sandwich terhindarkan, dan menjadi lansia bahagia.
(***)