KedaiPena.Com – Ada yang menarik di SMPN 95, tepat di Perayaan Hari Pramuka ke-58 sekaligus Hari ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 74 pada Rabu (14/8/2019). Siswa-siswi kelas 7 hingga kelas 9 memadati ruang Laboratorium IPA di lantai 1 gedung sekolahnya yang merupakan salah satu SMP terbaik dengan segudang prestasi yang membanggakan.
Dari pagi hingga siang hari mereka tak bergeming, tak terlihat lelah sedikitpun, bahkan terus mengekspresikan pendapat, mengajukan pertanyaan bertubi-tubi, dan mencoba uji tantangan yang diberikan kepada mereka.
Rupanya siswa-siswa itu dan para guru pembimbingnya sedang melakukan proses pembelajaran partisipasi aktif dalam bentuk kegiatan ‘Merdeka dalam Berliterasi’ bertema ‘Pentingnya Penumbuhan Jiwa Nasionalisme dan Patriotisme dalam Diri Generasi Z’.
Kegiatan itu merupakan kerjasama
Sudin Pusip Jakarta Utara dan Jaringan Anak Nasional (JARANAN), sebuah lembaga yang sejak awal berdiri konsen pada isu-isu keayahbundaan, perlindungan anak, pendidikan dan literasi progresif untuk anak Indonesia.
Direktur Eksekutif JARANAN Nanang Djamaludin yang menjadi salah satu pemantik inspirasi pada kegiatan itu mengaku senang dan salut bisa berada di tengah anak-anak hebat dan para guru gigih yang dengan telaten memroses pembentukan SDM handal di SMPN 95 Jakarta Utara.
Kepada siswa-siswi itu Nanang meminta agar aktivitas literasi dasar yang berbasis Deklarasi Praha 2003 tentang ‘Information Literacy’, senantiasa dipraktikkan secara utuh, seimbang dan menyeluruh setiap saat. Dan para guru agar secara tekun memstimulus terus-menerus ke arah proses pematangan dan penyempurnaan praktik literasi dasar bagi siswa-siswinya.
“Ketika keempat kembaran utama literasi dasar yang tercakup dalam Deklaraai Praha 2003, yakni membaca-menulis, mendengar-berbicara, menggambar-mempersepsi, dan menghitung-mengalkulasi mampu dipraktikkan secara utuh, bukan alakadarnya oleh Generasi Z, maka itu menjadi modalitas yang lengkap bagi terbukanya pintu menuju sikap merdeka dalam berliterasi,” jelasnya.
Dari modalitas menuju sikap merdeka dalam berliterasi itu pada gilirannya harus dimanfaatkan Generasi Z bagi pengembangan keterampilan hidup dan kualitas diri secara terus-menerus selama hayat di kandung badan.
Namun, tambahnya, janganlah kemanfaatan itu berhenti pada diri sendiri. Melainkan juga harus dikontribusikan bagi upaya bersama dari para Generasi Z, lewat caranya masing-masing yang “gue banget”, untuk ikut melibatkan diri pada upaya bersama mengapai empat tujuan utama kemerdekaan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Pada bagian lain Nanang mengungkapkan kesan positifnya mengetahui aktivitas Gerakan Literasi Sekolah (GLS) siswa-siswi SMPN 95 selama ini telah berjalan baik. Hal itu terbukti lewat karya-karya fiksi siswa-siswi SMPN 95 yang dibundel dan dijilid rapi sebagai bagian tugas akhir sekolah.
“Saya pikir karya-karya nyata para siswa-siswi di sini perlu mendapat apresiasi dari phak Kemendikbud yang mengurusi GLS. Dan layak pula penerbit buku anak-anak meliriknya sebagai potensi untuk dijadikan buku. Apalagi sebenarnya masih amat langka sekolah dengan geliat aktivitas literasi yang menghasilkan karya seperti di SMPN 95 Jakarta Utara,” ungkap Nanang.
Dewan Pakar JARANAN Rialdo Rezeki pada kegiatan lain menyatakan jika saja sejak awal dirinya boleh untuk memilih maka ia akan memilih untuk terlahir sebagai Generasi Z.
“Hal itu mengingat di tengah kemajuan teknologi informasi yang meluas saat ini, para Generasi Z-lah yang secara faktual lebih mudah, lebih bebas dan merdeka dalam mengakses informasi berguna bagi dirinya, ketimbang generasi saya sebelumnya yang harus bersusah payah untuk urusan mencari dan mendapatkan informasi,” papar Aldo panggilan akrab Rialdo Rezeky.
Aldo mengakui adanya kekurangan dalam hal minat baca siswa-siswi di Indonesia. Di mana kelemahan banyak siswa-siswi di Indonesia adalah tidak terbiasa membaca data, peta, grafik, dan teks panjang. Sehingga sekaranglah saat yang tepat untuk meningkatkannya.
“Di antaranya dengan membimbing dan memperkenalkan secara tekun anak-anak kita, baik di dalam keluarga maupun di sekolah, dengan teks-teks yang lebih kompleks, lebih kritis, eksploratif, dan argumentatif,” cetus mantan aktivis mahasiswa 98 itu.
Pada bagian lain fungsionaris JARANAN Imam Sunarto mengingatkan bahwa tantangan yang dihadapi Generasi Z saat ini tidaklah mudah. Lepas dari belenggu penjajahan untuk menjadi bangsa yang merdeka sejak 74 tahun lalu ternyata tidak serta merta membuat bangsa Indonesia saat ini sama sekali bisa terbebas dari jerat penjajahan dalam bentuk lainnya.
“Penjajahan dalam bentuk lain yang beroperasi saat ini di negeri kita bisa berupa penjajahan ekonomi, budaya dan ideologi, yang sama sekali tidak terlihat. Bahkan tidak sedikit pihak, tak terkecuali kalangan Generasi Z belum menyadari, bahkan tak mau tahu atas hal itu. Apalagi penjajahan gaya baru ini tidak terlihat seperti penjajahan fisik di masa lampau,” sambungnya.
Sehingga untuk nmenghadapi penjajahan gaya baru itu aktivitas berliterasi yang dijalani oleh Generasi Z harus pula mengakses bahan-bahan atau sumber-sumber literasi yang yang mampu merangsang dan mengembangkan kesadaran nasionalisme dan patriotisme yang disesuaikan dengan kondisi kekinian.
“Jika jenis makanan, musik, maupun life style yang digandrungi Generasi Z sehari-hari masih berakar pada khazanah produk dan budaya bangsa sendiri, maka setidaknya itu masih merupakan ekspresi kesadaran nasionalisme pada diri Generasi Z,” sebutnya.
Namun, imbuhnya, jika para Generasi Z lebih berkiblat pada produk dan budaya asing dalam kesehariannya, maka penjajahan gaya baru bisa merangsek masuk semakin dalam. Bahkan berpotensi menghilangkan eksistensi kebangsaan Indonesia.
Acara yang dipandu Indah Prastiwi, pegiat literasi Taman Literasi Jaringan Anak Nusantara (Tali Jaranan), diselingi aneka kuis dan door prize menarik. Puluhan buku bergizi dari Tali Jaranan dibagikan sebagai hadiah pada para peserta yang aktif berpendapat, bertanya, dan mengekspresikan keterampilan literasinya.
Isrotun Hasanah S.Pd, guru SMPN 95 amat senang dengan kegiatan di sekolahnya itu. Ia berharap JARANAN dapat kembali menyambangi sekolahnya melalui program-program pembinaan dan bimbingan keliterasi lainnya.
Fahreza, siswa kelas 8 yang terlihat paling aktif dan paling ekspresif di antara siswa-siswi lain yang juga aktif dan ekspresif di kegiatan itu merasa senang dan mendapat pengalaman berharga dari kegiatan itu.
Laporan: Muhammad Lutfi