Artikel ini ditulis oleh Steph Subanidja, Guru Besar Ilmu Manajemen, Dosen Program Studi Doktor Manajemen Berkelanjutan Sekolah Pascasarjana Institut Perbanas.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi Pemerintah Indonesia merupakan upaya strategis untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah. Program ini bertujuan, salah satunya, adalah untuk mengurangi angka stunting, meningkatkan konsentrasi belajar, serta membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini. Namun, di balik tujuan mulia tersebut, muncul kekhawatiran dari para pedagang kantin dan pedagang sekitar sekolah.
Di sebuah sekolah dasar di Jakarta, kantin sekolah yang dulunya ramai kini tampak sepi pengunjung. Sejak program MBG diterapkan, siswa lebih memilih makanan gratis yang disediakan, sehingga omzet pedagang kantin menurun drastis. Kondisi ini menimbulkan keresahan dan kekhawatiran di kalangan pedagang, yang merasa program ini mengancam kelangsungan usaha mereka.
Situasi ini seharusnya tidak dipandang sebagai persaingan, melainkan sebagai peluang untuk berkolaborasi. Prinsip pemberdayaan masyarakat lokal dan keberlanjutan usaha menjadi kunci penting dalam menghadapi perubahan ini. Dengan mengedepankan kerja sama, pedagang kantin dan sekitar sekolah dapat beradaptasi dan tetap menjadi bagian dari ekosistem pendidikan yang mendukung tumbuh kembang anak. Kolaborasi ini tidak hanya menjaga kelangsungan usaha mereka, tetapi juga meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan.
Untuk mewujudkan kolaborasi tersebut, pemerintah melalui dinas terkait dapat menyelenggarakan pelatihan tentang penyediaan makanan bergizi. Pelatihan ini mencakup pengetahuan tentang bahan makanan sehat, cara pengolahan yang higienis, dan penyajian yang menarik. Edukasi tentang pentingnya gizi seimbang dan standar makanan yang ditetapkan dalam Program MBG akan membantu pedagang memahami bahwa produk mereka harus memenuhi kriteria tertentu. Selain itu, pedagang dapat didorong untuk mengikuti program sertifikasi makanan sehat. Sertifikasi ini menjadi jaminan bahwa produk yang dijual aman dan bergizi, sehingga mampu bersaing secara sehat di pasar lokal.
Kemitraan dengan pemasok bahan baku berkualitas juga dapat difasilitasi. Pemerintah dapat membantu menjembatani kerja sama antara pedagang dan koperasi petani lokal atau distributor bahan makanan sehat. Dengan demikian, pedagang dapat memperoleh bahan baku berkualitas dengan harga terjangkau. Inisiatif ini tidak hanya mendukung pedagang, tetapi juga memberdayakan petani lokal, menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan, dan memperkuat perekonomian daerah. Tak hanya itu, pemberian akses pendanaan mikro atau hibah usaha kepada pedagang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan fasilitas dapur, peralatan memasak, dan pengemasan makanan yang sesuai standar. Insentif berupa pajak ringan atau keringanan biaya sewa tempat usaha juga dapat mendorong partisipasi pedagang.
Pengawasan berkala terhadap kualitas produk makanan perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi standar. Pendampingan secara rutin juga diperlukan agar pedagang dapat terus berkembang dan berinovasi.
Di beberapa sekolah di Yogyakarta, pedagang kantin dilibatkan dalam Program Kantin Sehat. Mereka diberikan pelatihan pengolahan makanan bergizi dan dibantu dalam pengadaan bahan baku sehat. Hasilnya, kantin dapat menyediakan menu sehat seperti nasi merah, sayuran segar, dan lauk rendah lemak.
Di Jawa Barat, beberapa sekolah menjalin kerja sama dengan koperasi tani lokal untuk memasok sayur dan buah segar ke kantin sekolah. Pedagang kantin diberi kemudahan mendapatkan bahan baku berkualitas dengan harga lebih terjangkau.
Di Surabaya, pemerintah daerah memberikan bantuan modal usaha kepada pedagang sekitar sekolah untuk mengembangkan menu sehat. Dengan pendanaan ini, pedagang dapat membeli alat masak modern dan bahan baku berkualitas, sehingga mampu menyediakan makanan sesuai standar MBG.
Beberapa daerah juga mulai menerapkan aplikasi digital untuk memantau dan menilai kualitas makanan yang dijual di kantin sekolah. Pedagang yang konsisten menyajikan makanan sehat mendapatkan penghargaan dan promosi dari pihak sekolah. Program ini menjadi contoh bagaimana kolaborasi dan pemberdayaan dapat berjalan seiring, menciptakan ekosistem usaha yang mendukung keberlanjutan.
Merangkul pedagang kantin dan pedagang sekitar sekolah dalam Program Makan Bergizi Gratis bukan sekadar strategi untuk mendukung keberlanjutan program, tetapi juga bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kolaborasi yang terjalin melalui pelatihan, sertifikasi, kemitraan, pendanaan, dan pengawasan dapat menciptakan ekosistem usaha yang sehat dan produktif.
Dengan demikian, program ini tidak hanya berkontribusi pada peningkatan kualitas gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan pedagang lokal. Prinsip saling mendukung dan berkolaborasi menjadi fondasi kuat dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera.
[***]