Artikel ini ditulis oleh B. Uripto, penganut Katolik yang taat.
Sebagai Budayawan, selayaknya mengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswesan dari segi budaya. Misalnya, Gubernur Anies tidak bisa menciptakan budaya masyarakatnya dalam mengantisipasi banjir, membuat bangunan tidak memikirkan adanya hujan yang bisa mengenangi lingkungannya.
Masyarakat dibuat semangat untuk bikin sumur resapan air hujan dan seterusnya.
Jangan sebut-sebut pemain politik yang loncat partai sana-partai sini.
Selayaknya Romo Benny bicara membangun masyarakat, jangan menunjuk referensi yang salah, Gubernur yang kerjanya gusur-gusur rakyat.
Praktisi hukum Petrus Selestinus juga musti tahu bahwa di sini kita tidak ada rasa kebencian pada perorangan tetapi unsur perpolitikan yang tidak pada tempatnya.
Biarlah kita tidak bicara Gubernur atau eks Gubernur, tetapi kita bicara membentuk masyarakat DKI agar mampu memberdayakan diri mereka untuk mengatasi banjir.
Bukannya mencontoh pengalaman buruk yang menekan rakyat marjinal seperti yang digusur di bantaran Ciliwung Jatinegara.
Saya rasa itulah tugas budayawan, membuat masyarakat meningkat budayanya, sehingga bisa ikut berpartisipasi dan berkontribusi.
Bukan pandai membangun proyek-proyek fisik besar dengan modal besar. Mana ada rakyat punya duit besar.
[***]