Artikel ini ditulis oleh Hj. Nevi Zuairina, Anggota DPR RI Asal Sumatera Barat II.
Ramadhan, bulan yang dinanti, telah tiba kembali, membawa cahaya dan keberkahan yang tiada tara. Sebuah momentum sakral yang mengundang setiap jiwa untuk bersujud dalam rasa syukur kepada Allah, Sang Pencipta alam semesta.
Bulan ini, lebih dari sekadar periode waktu, adalah kesempatan untuk merenung dan mengevaluasi diri, menjadikan setiap detik sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Tahun demi tahun, Ramadhan datang dan pergi, memberikan pelajaran dan kesempatan yang berharga bagi kita untuk memperbaiki diri. Namun, seringkali kita lalai, membiarkan waktu berlalu tanpa makna yang signifikan.
Padahal, setiap hari dalam Ramadhan adalah seruan untuk merefleksikan diri, menilai kembali perjalanan hidup, dan merenungkan bagaimana kita dapat menggunakan waktu yang Allah berikan dengan sebaik-baiknya.
Dalam Ramadhan ini, mari kita sambut dengan hati yang terbuka, siap untuk introspeksi dan transformasi diri. Kita diingatkan kembali bahwa waktu adalah esensi dari kehidupan. Ia berharga dan tidak bisa digantikan. Setiap detik yang terlewat tanpa makna adalah kerugian yang tak terukur.
Islam, dengan kebijaksanaannya, telah memberikan kita panduan tentang bagaimana seharusnya kita menghargai dan memanfaatkan waktu. Namun, apakah kita sudah benar-benar mengikuti panduan tersebut? Apakah kita sudah memanfaatkan waktu yang diberikan untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain?
Ramadhan tahun lalu, kita diajak untuk mendidik jiwa, menjernihkan pikiran, dan membersihkan akhlak. Namun, pertanyaannya, apakah kita telah berhasil mempertahankan kebersihan jiwa, pikiran, dan akhlak tersebut hingga Ramadhan tahun ini?
Kita juga harus merenung, apakah selama setahun terakhir ini, ada kemajuan signifikan yang telah kita lakukan, baik secara individu maupun sebagai bagian dari umat Islam? Apakah kita telah berhasil mengatasi tantangan-tantangan yang menghadang dan menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk kemajuan?
Sayangnya, jawabannya seringkali tidak. Kita masih terbelenggu oleh kebiasaan lama, terhambat oleh rintangan yang sama, dan belum menemukan jalan keluar dari siklus stagnasi tersebut.
Ini adalah waktu untuk menyadari bahwa tanpa perubahan dan upaya nyata, kita hanya akan terus berputar dalam lingkaran yang sama.
Oleh karena itu, Ramadhan kali ini harus menjadi titik balik. Sebuah kesempatan untuk melakukan ‘gebrakan baru’, untuk membuang sifat-sifat negatif yang menghambat kemajuan, dan menggantinya dengan sifat-sifat positif yang akan membawa kita lebih dekat kepada kebenaran dan kebaikan.
Allah mengajak kita di bulan Ramadhan ini untuk berhenti dari kejahatan dan mendekat pada kebaikan. Seruan ini tidak boleh kita abaikan. Ramadhan adalah waktu untuk memperkuat spiritualitas, untuk berintrospeksi dan berkomunikasi lebih dalam dengan diri sendiri dan dengan Pencipta.
Mari kita gunakan waktu Ramadhan ini untuk melakukan evaluasi diri yang mendalam, bertanya pada diri sendiri tentang kewajiban kita kepada Allah, agama, keluarga, umat, negara, dan sesama. Refleksi ini penting untuk mengerti posisi kita dan bagaimana kita dapat berkontribusi lebih banyak lagi.
Ilmu yang sejati berasal dari pemahaman mendalam tentang diri dan hubungan kita dengan Allah. Dengan menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan, kita akan menemukan kebahagiaan dan kepuasan yang sejati.
Mari kita manfaatkan Ramadhan ini sebagai momentum untuk memperbaharui komitmen kepada Allah, membersihkan jiwa dan hati kita, dan berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita. Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk mencapai apa yang Dia cintai dan ridhai. Ramadhan kali ini, mari kita sambut dengan hati yang penuh harap, siap untuk perubahan dan pembaruan yang akan membawa kita pada kemajuan dan kebahagiaan yang hakiki.
[***]