Artikel ini ditulis oleh Ketua GP-PMI, Rizky Awal.
Terus terang saya prihatin, dengan narasi yang diedarkan oleh sejumlah aparat yang seolah ingin mendelegitimasi aksi konstitusional mahasiswa untuk menyampaikan pendapat. Dari soal demo tak berijin, akan dibubarkan, akan ditindak, dan seterusnya.
Kami mahasiswa seperti dianggap penjahat saja. Padahal, kami datang sekedar ingin menyampaikan aspirasi, menyampaikan kegundahan atas kondisi negeri ini, menjawab jeritan ibu Pertiwi.
Memang benar, semestinya kami tak perlu bersuara. Sudah ada wakil rakyat di DPR. Tapi, karena wakil rakyat justru berposisi sebagai wakil oligarki, terpaksa kami bersuara.
Sejumlah problematika yang mendera bangsa Indonesia tak direspon DPR, dari hutang negara yang mencapai angka diatas Rp7000 triliun, kenaikan harga Pertamax, kenaikan harga minyak goreng, memaksakan proyek IKN, membebani rakyat dengan PPN 11 persen, kenaikan sejumlah barang-barang kebutuhan pokok, kenaikan TDL dan tarif tol.
Belum lagi pertumbuhan ekonomi yang stagnan bahkan melambat, kegagalan penanganan pandemi, represif terhadap ulama, aktivis dan mahasiswa, mengkriminalisasi ajaran Islam dan membubarkan ormas Islam, dan masih banyak lagi.
Jadi, kami turun aksi menyampaikan aspirasi, menjadi penyambung lidah rakyat yang telah dipotong oleh DPR. Kami hadir, agar rakyat masih memiliki kepercayaan kepada pemuda dan mahasiswa, bahwa kami bukanlah golongan Cipayung plus plus yang tunduk di ketiak kekuasaan.
Kami tetap bersuara, meski kebisingan suara kami kadangkala dianggap kejahatan oleh rezim. Kami tetap meneruskan amanah rakyat, untuk mengontrol jalannya roda kekuasaan.
Soal bangsa ini bukan hanya menolak kekuasaan diktator yang memaksa tiga periode atau dengan modus tunda Pemilu. Tetapi juga kegagalan kekuasaan yang harus segera dievaluasi oleh DPR.
Tugas DPR lah mengontrol jalannya kekuasaan, bukan menjadi stempel kekuasaan. DPR seharusnya bersuara lantang, bukan hanya kritis untuk mencari posisi dan kepentingan.
11 April adalah hari, dimana kami mahasiswa dengan berbagai elemen anak bangsa lainnya ingin menyuarakan aspirasi. Kepada Bapak Aparat kepolisian, mohon posisikan kami sebagai anak bangsa, jangan perlakukan kami sebagai penjahat.
Kepada rekan mahasiswa, mari fokus dengan tujuan perubahan jangan sampai dibelokkan untuk misi yang selainnya. Kita tak mungkin berdiam diri, atau berpuas diri dengan diskusi, padahal keadaan negeri ini sudah sangat mengkhawatirkan.
Semoga Allah SWT melindungi kita semua, sehingga 11 april dapat melaksanakan kegiatan sebagaimana mestinya. Semoga, Allah SWT ridlo pada ikhtiar kita bersama, untuk memperbanyak kondisi bangsa Indonesia.
Salam perjuangan, hidup mahasiswa.
[***]