Artikel Ditulis Oleh: Sugiyanto (SGY)-Emik, Ketua Himpunan Masyarakat Nusantara (Hasrat) / Relawan Independen Pendukung Prabowo Saat Pilpres 2019-2024
JUMAT, 6 Desember 2024, dunia politik Indonesia digemparkan oleh keputusan Gus Miftah mengundurkan diri dari kabinet Presiden Prabowo Subianto. Pengunduran diri ini muncul di tengah kontroversi terkait dugaan penghinaan terhadap pedagang es teh, Sunhaji. Di tengah desakan publik agar ia dicopot, Gus Miftah justru memilih langkah luar biasa dengan meletakkan jabatan secara sukarela. Tindakan ini pantas diapresiasi sebagai bentuk tanggung jawab moral seorang pemimpin.
Keputusan Gus Miftah ini juga memunculkan harapan agar menteri-menteri lain yang diduga terlibat kasus korupsi atau memiliki masalah serius dapat mengikuti langkah pendakwah kondang tersebut. Publik kini menanti keberanian pejabat lainnya untuk mengambil sikap serupa demi menjaga integritas dan wibawa pemerintahan. Nama-nama pejabat yang diduga terseret kasus korupsi atau memiliki masalah lain tampaknya atau mungkin sudah diketahui publik dan menjadi rahasia umum.
Dalam konteks pengunduran diri Gus Miftah, seluruh rakyat Indonesia perlu menghormati dan mengapresiasi langkahnya dengan setinggi-tingginya. Atas keberanian dan tanggung jawab moral yang ditunjukkan, Gus Miftah layak disebut sebagai seorang Kesatria Sejati.
Konteks Pengunduran Diri Gus Miftah
Gus Miftah Maulana Habiburahman, yang selama ini dikenal sebagai pendakwah papan atas, mengundurkan diri dari posisinya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Dalam konferensi pers yang digelar hari ini, Jumat (6/12/24), Gus Miftah menegaskan bahwa keputusan tersebut diambil atas kehendak pribadi, tanpa tekanan dari pihak manapun. “Keputusan ini saya ambil bukan karena tekanan siapa pun, tetapi karena rasa cinta, hormat, dan tanggung jawab saya yang mendalam kepada Presiden Prabowo,”ungkapnya dalam siaran langsung CNN Indonesia.
Langkah ini diambil setelah Presiden Prabowo melalui Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya, memberikan teguran keras kepada Gus Miftah. Teguran tersebut diikuti dengan arahan agar Gus Miftah meminta maaf langsung kepada Sunhaji, pedagang yang menjadi korban insiden tersebut. Sebagai respons, Gus Miftah menemui Sunhaji dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.
Kasus ini tidak hanya menjadi sorotan nasional, tetapi juga menarik perhatian internasional. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, turut memberikan komentar. Dalam sebuah acara resmi, Anwar menegaskan pentingnya menjaga akhlak dan menghormati rakyat kecil. “Kita harus selalu menjaga adab, apalagi jika kita berada di posisi tinggi,” ujarnya.
Pengunduran Diri Gus Miftah: Babak Baru Standar Integritas Pejabat Publik.
Pengunduran diri Gus Miftah membuka babak baru dalam standar integritas pejabat publik di Indonesia. Langkah ini menyoroti pentingnya etika dalam kepemimpinan dan menjadi teladan yang layak diikuti oleh pejabat lain yang bermasalah. Ada tiga alasan utama mengapa langkah serupa sangat penting.
Pertama, Menjaga Wibawa Pemerintah. Perilaku tidak pantas atau dugaan korupsi oleh pejabat publik dapat mencoreng citra pemerintahan. Pengunduran diri secara sukarela menunjukkan keseriusan pejabat yang terindikasi bermadalah dalam menegakkan etika dan integritas. Ini juga memberikan sinyal kuat bahwa publik dan pemerintah juga tidak mentolerir penyimpangan moral atau hukum dari pejabatnya.
Kedua, Menjaga Konsistensi Nilai Kepemimpinan. Presiden Prabowo dikenal sebagai pemimpin yang menghormati rakyat kecil dan memiliki komitmen kuat terhadap pemberantasan korupsi. Membiarkan pejabat bermasalah tetap berada dalam kabinet tidak hanya merusak citra kepemimpinan, tetapi juga bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diusung oleh Presiden. Oleh karena itu, pengunduran diri pejabat yang bermasalah juga menjadi solusi untuk mengurangi beban pemerintah dan memastikan jalannya pemerintahan yang lebih bersih dan efektif.
Ketiga, Memberikan Teladan bagi Kabinet. Keputusan Gus Miftah untuk mundur menunjukkan bahwa jabatan bukanlah segalanya. Pejabat lain yang menghadapi dugaan korupsi atau masalah serius perlu menunjukkan keberanian serupa. Langkah ini akan menciptakan pemerintahan yang lebih efektif, bebas dari beban individu-individu bermasalah, sekaligus menjaga kepercayaan rakyat.
Keputusan Gus Miftah untuk mundur adalah langkah yang patut dihormati. Namun, lebih dari itu, keputusan ini menjadi pengingat bagi pejabat lain bahwa tanggung jawab moral seorang pemimpin jauh lebih besar daripada sekadar mempertahankan posisi. Kini, publik menantikan keberanian para menteri lainnya untuk mengikuti jejak ini, demi menjaga martabat pemerintahan dan kepercayaan rakyat.
(***)