KedaiPena.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif membenarkan bahwa ada usulan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis pertalite.
Usulan tersebut didasari oleh pelemahan rupiah terhadap Dollar Amerika. Selain itu, sejak September 2022, harga pertalite tidak mengalami perubahan yakni Rp10.000 per liter.
“Kalau BBM subsidi iya ada usulan penaikan harga, kalau nonsubsidi belum ada,” kata Menteri Arifin, ditulis Sabtu (29/6/2024).
Ia menjelaskan pelemahan Rupiah mempengaruhi harga keekonomian pertalite dengan harga minyak yang berlaku saat ini. Pada November 2023 tercatat, harga keekonomian pertalite sebesar Rp12.000 per liter. Artinya, pemerintah menanggung Rp2.000 dari setiap liter BBM subsidi.
“Ya naik, kan karena harga minyak,” ucapnya.
Kendati demikian, sampai saat ini belum ada keputusan dari pemerintah mengenai kapan kepastian kenaikan harga BBM subsidi. Sementara, untuk perubahan harga BBM nonsubsidi yakni pertamax series diserahkan kepada PT Pertamina (Persero).
“Ya itu kan keputusan nonsubsidi (dari Pertamina). Cuma, kalau soal kenaikan itu melihat daya beli masyarakat,” tandasnya.
Dihubungi terpisah, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menuturkan pihaknya menyerahkan kepada pemerintah pusat mengenai keputusan perubahan harga pertalite yang merupakan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) tersebut.
“Kalau harga BBM subsidi kewenangan dari pemerintah,” tegasnya.
Selain itu, Irto juga belum bisa memastikan mengenai harga BBM nonsubsidi apakah mengalami kenaikan atau tidak pada Juli mendatang. Pihaknya masih melakukan peninjauan ulang komponen yang mempengaruhi harga pertamax cs yakni nilai tukar dolar AS dan mean of platts Singapore (MOPS) atau acuan harga BBM untuk pasar minyak Asia.
“Belum ada keputusan, masih kami review, mempertimbangkan komponen penentu harga BBM yaitu MOPS dan kurs,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa