Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, Pemerhati Sejarah.
Orang Belanda waktu menjajah memakai science sebagai ilmu-bantu kolonialisme.
Antara lain Indologi dan Orientalisme dengan tokohnya yang terkenal Snouck Hurgronje.
Scientist lain, Melchior Treub, ahli botani penganjur komoditas pangan ekspor dengan laboratoriumnya, Kebun Raya Bogor.
Cornelis Christiaan Berg, ahli botani dengan banyak karya dan penelitian, Willem Frederik Stutterheim, arkeolog ternama, dan seterusnya.
Dengan ilmu-bantu Belanda membangun koloni mereka secara ilmiah. Karena ilmu pengetahuan menuntun masa depan.
Rezim hari ini tidak memakai science untuk menuntun masa depan rakyat.
Sehingga Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang di era pandemi Covid-19 mengatakan akar minyak kayu putih efektif membunuh virus corona kalau dijadikan kalung, kali ini menganjurkan untuk mengatasi krisis pupuk akibat perang Rusia-Ukraina petani bisa menggantinya dengan air yang dicampur terasi dan dicampur doa.
Di masa Soeharto ada istilah menteri Asbun alias Asal Bunyi. Di era Sukarno ada Menteri Goblok yang ditujukan mahasiswa kepada Chaerul Saleh yang menaikkan harga bensin.
Ada pula Menteri Abu Nawas, bernama Hadeli Hasibuan, wartawan majalah hiburan Varia yang mencari sensasi belaka dengan mengaku sanggup menurunkan harga-harga.
Adam Malik yang ditunjuk jadi Menko Pelaksanaan Ekonomi Terpimpin kala itu mengeluh. Di depan Kesatuan Aksi Mahasiswa UI ia mengaku tak mengerti persoalan ekonomi.
Tentang menteri ngawur ini tokoh nasional Dr Rizal Ramli beberapa waktu lalu mengintrodusir istilah Menteri Asal Mangap, yang esensinya sama dengan Menteri Asbun.
“Jadi menteri asal mangap doang. Kegedean gaya. Kalau ngomong ngasal, supaya bisa ngeles. Karena nggak sanggup mengatasi masalah di bidangnya,” tandasnya.
Menteri-menteri di kabinet belakangan ini memang makin memperlihatkan kesan kabinet dikelola oleh para avonturir amatir.
Selain tak memiliki keberpihakan kepada rakyat, juga menunjukkan kuatnya dominasi kepentingan oligarki di kabinet.
Kalau diilustrasikan pemerintahan hari ini sebenarnya sudah seperti orang lumpuh di kursi roda.
Karena kelumpuhan yang fatal kekuasaan dikendalikan oleh oligarki. Sehingga lumrah kalau menteri-menterinya asal mangap dan menang gaya doang, sekadar untuk mempertahankan privilege.
“Parah banget. Kayak Indonesia nggak punya ahli pertanian, separah ini. Kok menteri-menteri Nasdem payah banget. Kebanyakan juga rent seekeers, yang menjadi beban rakyat,” tegas Dr Rizal Ramli lagi di akun Twitter-nya belum lama ini.
Jika science yang bermanfaat untuk menuntun masa depan rakyat dikesampingkan, lalu metode apa yang digunakan oleh rezim hari ini?
Yang dipakai adalah BuzzersRp untuk mengembangkan voodoo logics (logika voodoo). Yaitu ilusi palsu, seperti menebarkan propaganda yang menyesatkan rakyat.
Armada BuzzersRp dipelihara dan dibiayai kekuasaan. Beragam denial (penyangkalan) sudah banyak mereka lakukan.
Daya rusak BuzzersRp ini didukung pula oleh InfluencersRp yang sama-sama dibiayai rezim.
“Science diabaikan. Pemerintah malah kepincut sama dukun-dukun voodoo,” tandas tokoh nasional Dr Rizal Ramli.
[***]