KedaiPena.Com – Menteri Pertanian era Kabinet Indonesia Bersatu, Anton Apriyantono memberikan respon soal rencana Kementerian Perdagangan yang ingin melakukan impor beras sebesar 500.000 ton.
Anton panggilan karibnya mengatakan persoalan terbesar dalam rencana impor ini adalah soal data produksi dan konsumsi yang seringkali tidak akurat. Akibatnya, sering kali menyulitkan dalam mengambil kebijakan.
“Masalah utamanya adalah dalam metode pengambilan data tersebut yang masih jauh dari ideal. Dulu masih lebih baik karena di tingkat bawah masih ada mantri tani dan mantri statistik. Sekarang mantri tani sudah langka seiring dengan berubahnya sistem pemerintahan,” ujar Anton kepada KedaiPena.Com, di Jakarta, Selasa (16/1/2018).
Anton menerangkan, pengumpulan data luas panen yang dilakukan di era pemerintahan saat ini juga masih sebatas kira-kira. Padahal, saat ini perubahan luas sawah cepat sekali dan berakibat berkurangnya konversi lahan sawah.
“Sementara itu mantri statistik juga berkurang sejak era otonomi, padahal mereka harus bekerjasama dengan mantri tani untuk melakukan produksi per petak untuk menentukan produksi per hektar,” imbuh Anton.
Belum lagi, lanjut Anton, di era pemerintahan saat ini ada dorongan untuk tidak mau disebut tidak berprestasi. Sehingga, ujar Anton, bisa dibayangkan bagaimana carut marutnya data tersebut.
“Oleh karena data tidak bisa dijadikan pegangan sepenuhnya maka pergerakan harga dan suplai di pasar yang lebih dijadikan dasar. Jika harga beras naik terus, maka itu menunjukkan suplai yang berkurang,” beber Anton.
“Dan secara perkiraan, kita memang kesulitan memenuhi kebutuhan beras karena sawah berkurang terus sementara penduduk naik terus,” pungkas Anton.
Sekedar Informasi, harga beras kembali melambung di tahun 2018. Untuk mengatasi tingginya masalah ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akhirnya memutuskan membuka keran impor beras sebanyak 500 ribu ton.
Kendati demikian, Kementerian Pertanian, beranggapan bahwa impor tidak perlu dilakukan lantaran saat ini Indonesia sedang mengalami ketersediaan produksi beras sebesar 329, 3 ribu ton.
Laporan: Muhammad Hafidh