KedaiPena.com – Kontribusi Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu organisasi keagamaan pada pembangunan bangsa Indonesia, tidak terlepas dari penyelarasan warga NU dengan sembilan Bintang Penjuru Kader NU untuk mencapai tujuan bangsa.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas mengatakan Sembilan Bintang Penjuru Kader NU merupakan poin-poin penyelarasan dalam rangka kontribusi membangun negeri.
Sembilan bintang penjuru tersebut yaitu penguasaan dunia digital, kemampuan teknokrasi dan kebijakan publik, pemahaman ilmu agama, semangat kemandirian ekonomi, menjadi warga dunia, berakar pada tradisi nusantara, duta moderasi beragama, aktivis sosial-pendidikan, serta penguasaan sains dan teknologi. Kesembilan hal tersebut menjadikan NU dapat bersaing di era globalisasi yg sangat kompetitif.
“Mudah-mudahan ini bisa menjadi perjuangan NU yang bisa dikembangkan bersama membangun negeri yang tentunya tidak terlepas dari doa-doa para kiai,” kata Anas dalam Musyawarah Kerja (Musker) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di Pondok Pesantren Mojosari, Nganjuk, ditulis Minggu (25/12/2022).
Ia menyampaikan NU telah kontribusi pada pemikiran-pemikiran tingkat dunia pada G20 Religion Forum (R20) atau juga dikenal Religion of Twenty, Yang merupakan pertemuan para pemimpin agama dan sekte sedunia, guna menyatukan pandangan dan mencari jalan keluar dari berbagai persoalan global. Dalam forum tersebut, NU memelopori bagaimana pemikiran-pemikiran keagamaan dunia yang menuju tasawuf, toleran, dan bisa diterima dengan berangkat dari tradisi nusantara.
![](https://assets.kedaipena.com/images/2022/12/IMG-20221225-WA0047.jpg)
“Saya harap NU dapat membantu pemerintah untuk mengantisipasi dan menjaga ASN dari paham radikalisme yang ditengarai menyebar di beberapa tempat. Sudah saatnya NU mendidik melalui LDNU untuk menghasilkan lebih banyak dai yang kontekstual. Waktunya masjid di kantor-kantor pemerintah diisi dakwah-dakwah tasawuf, tasawuf, moderasi beragama, dan lainnya untuk mencegah paham radikalisme meluas,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menambahkan agar warga NU khususnya yang berkecimpung pada pemerintahan dapat mendukung arahan Presiden Joko Widodo terkait birokrasi berdampak.
“Presiden bilang pada saya, birokrasi ini kok ruwet. Sibuk tapi nggak jelas hasilnya. Jadi ASN berangkat pagi pulang malam tapi dampaknya nggak jelas. Maka gimana caranya sekarang ditarget birokrasi ini berdampak,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa salah satu cara untuk birokrasi berdampak adalah dengan digitalisasi dalam administrasi pemerintahan.
“Digitalisasi menjadi kunci untuk membawa aparatur sipil negara (ASN) keluar dari rutinitas untuk menuju budaya inovasi untuk meningkatkan kepuasan masyarakat,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa