KedaiPena.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan secara tegas mengatakan, bahwa emisi karbon di Indonesia masuh jauh lebih rendah ketimbang negara-negara lain. Tercatat, emisi karbon di Indonesia berada di angka 2,3 ton per kapita.
Ia mengatakan, sebenarnya transisi energi di Indonesia sudah cukup baik dibandingkan dengan negara lain. Indonesia harus tetap memelihara ekuilibrium antara pemakaian energi fosil dengan masalah lingkungan.
Indonesia tidak bisa meniadakan peran dari batu bara mengingat kontribusinya terhadap penerimaan negara. Terlebih dari itu, emisi karbon di Indonesia sendiri masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
“Jadi kalian jangan asal ngomong aja, kita masih 2,3 ton per kapita. Kalian sudah berapa? Ada 7, 8, 9, berapa belas gitu. Jadi kita punya waktu juga,” kata Menko Luhut, Senin (9/9/2024).
Sebelumnya Luhut menyatakan, sejatinya emisi karbon yang dikeluarkan oleh Indonesia per kapitanya jauh lebih kecil bila dibandingkan emisi karbon yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat (AS). Ia menyatakan Indonesia terhitung menyumbangkan emisi karbon sebesar 2,5 ton per kapita, sedangkan AS diklaim jauh lebih besar yakni mencapai 14 ton per kapita.
Padahal, Luhut bilang batas dasar sumbangan emisi karbon normalnya tidak melebihi 4,5 ton. Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia belum melewati batas sumbangan emisi per kapitanya di dunia.
“Kontribusi kita terhadap emisi karbon per kapita, menurut saya Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara maju. Dan saya sudah menjelaskan hal ini kepada Profesor Yellen (Menteri Keuangan AS) selama G20, saya katakan Indonesia hanya 2,5 ton per kapita. Sementara AS sudah 14 hingga 15 ton per kapita. Dan garis dasar ini seperti 4,5 ton per kapita,” kata Luhut dalam acara Indonesia Indonesia International Sustainability Forum (IISF), di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (5/9/2024).
Di samping itu, Luhut menyebutkan Indonesia juga melakukan upaya lainnya untuk mengurangi sumbangan emisi karbon dan bisa mencapai target netral emisi karbon (net zero emission/NZE) pada tahun 2060 mendatang.
Luhut mengatakan Indonesia juga tengah merencanakan pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. Beberapa PLTU batu bara dalam negeri yang direncanakan seperti PLTU Suralaya dan PLTU Cirebon 1.
“Saya dapat memberikan satu contoh seperti pembangkit listrik Suralaya 2,2 GW. Kami akan menutup ini. Dan kami memiliki (PLTU) Cirebon, jadi kami berbicara tentang proyek konkret yang sudah kami rencanakan,” imbuhnya.
Laporan: Tim Kedai Pena