KedaiPena.com – Pulau Nias di Sumatera Utara, tak lagi asing bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Pulau di sebelah barat Provinsi Sumatera Utara itu dikenal memiliki beragam objek wisata yang layak dikunjungi. Mulai dari pantai, rumah adat, kebudayaan dan warisan peninggalan sejarah hingga prasejarah serta objek wisata eksotis lainnya.
Salah satu lokasi destinasi wisata yang populer dan sangat direkomendasi untuk dikunjungi wisatawan yaitu Desa Bawomataluo.
Secara geografis, Desa yang diperkirakan berdiri di kisaran tahun 1830-1840 itu merupakan bagian dari Kecamatan Fanamaya, Kabupaten Nias Selatan. Berjarak 3 jam perjalanan dari Bandar Udara Binaka, desa itu berada di puncak Bukit yang didaki dengan 77 anak tangga.
Secara struktur bangunan, Desa Bawomataluo penuh dengan ornamen-ornamen adat dan sejarah. Sebanyak 137 unit ‘Omo Hada’ atau dalam bahasa Indonesia rumah adat, kini masih bertahan dan utuh di Desa itu.
Sebuah ‘Omo Sebua/Omo Ruyu’ atau rumah adat besar yang dikenal dengan rumah para Raja juga berdiri utuh di tengah perkampungan. ‘Omo Bale’ atau balai desa berdiri megah di sisi kanan ‘Omo Sebua’.
Tak lupa, keberadaan batu yang disusun setinggi 2,15 meter yang dikenal sebagai lokasi ‘fahombo’ atau melompat bagi pemuda nias. Sejumlah ornamen lainnya, yakni komplek meja dan kursi batu yang dikenal dengan nama ‘Daro-daro atau Harefa.
Keindahan panorama alam dari perkampungan Bawomataluo tak kalah menarik. Lokasinya yang berada di puncak bukit menyajikan view perkampungan Desa Orahili, pantai Sorake dan teluk Lagundri yang cantik.
Sebagai lokasi destinasi wisata, hingga kini acara-acara penyambutan para pengunjung kerap di gelar. Penyambutan dilakukan dengan tari perang Nias dan lompat Batu.
“Tari perang Nias dan lompat batu merupakan salah satu tarian Nias yang selalu diabadikan untuk persiapan peperangan dalam menyerang musuh,” ujar seorang masyarakat setempat Mustinus Wau (44).
Selain menyaksikan penyambutan tari perang dan lompat batu, ‘Omo Hada’ dan ‘Omo Sebua/Omo Ruyu’ menjadi tempat selanjutnya yang kerap disinggahi. Dalam rumah adat itu, terdapat sejumlah alat-alat perang yang merupakan warisan sejarah masyarakat Nias.
“Ada alat perang, topi raja, pakaian adat, alat musik tradisional dan di lengkapi dengan tempat duduk raja (Siulu) yang cukup unik,” katanya.
Mustinus mengungkapkan, rumah adat besar ‘Omo Sebua/Omo Ruyu’ yang berada di Bawomataluo diperkirakan tinggal satu-satunya di Kabupaten itu.
Yang tak kalah menarik untuk disaksikan, yakni keberadaan batu-batu penuh ukiran yang merupakan peninggalan kebudayaan megalitik.
“Diukir oleh para seniman pada Zaman dulu yang diletakan dihalaman rumah adat (omo ruyu) dan juga didepan rumah warga, selain itu dilengkapi dengan patung yang menunjukan ciri khas Nias Selatan,” katanya.
(Benaran/DM)