KedaiPena.Com – Ribuan warga Bali mengungsi karena peningkatan aktivitas vulkanologi Gunung Agung. Sebagian besar masyarakat mengungsi karena pengalaman masa lalu saat Gunung Agung meletus besar tahun 1963.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, tanda-tanda yang mereka rasakan saat ini, yaitu gempa vulkanik yang sering terjadi saat ini mirip dengan kejadian sebelum Gunung Agung meletus tahun 1963.
“Letusan saat itu berlangsung hampir selama setahun yaitu 18 Februari 1963 hingga 27 Januari 1964. Korban tercatat 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka,” sambung Sutopo di Jakarta, ditulis Jumat (22/9).
Tidak mudah menangani pengungsi. Apalagi pengungsi dari erupsi gunung api yang jumlahnya besar dan tidak diketahui pasti sampai kapan harus mengungsi karena sangat tergantung dari waktu letusannya.
Saat ini sudah banyak tenda pengungsi didirikan. Namun umumnya mengungsi di tenda, tidak nyaman karena panas dan jika terjadi erupsi disertai hujan abu dan pasir, tenda dapat roboh seperti saat erupsi Gunung Merapi tahun 2010.
“Banjar atau balai desa adalah tempat pengungsian yang lebih nyaman. Begitu juga mengungsi di kerabat atau desa sekitarnya. BNPB telah menyarankan agar dicari desa-desa di sekitarnya yang aman dan bisa menampung pengungsi,” Sutopo melanjutkan.
Model ini dikenal sister village seperti yang banyak dikembangkan di sekitar Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang. Pemerintah dan pemda bersama unsur lainnya pasti akan melindungi masyarakat. Saat ini masih terus disiapkan sarana dan prasarana di pos pengungsian.
“Prioritas pengungsian adalah kelompok rentan yaitu balita, ibu hamil, lansia dan disabilitas. Pendataan masih dilakukan,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas