KedaiPena.Com – Inocarpus fagifer adalah genus kecil tumbuhan berbunga yang termasuk dalam subfamili Faboideae, famili kacang. Inocarpus fagifer dimasukkan ke dalam klad Pterocarpus monofili informal dalam tribus Dalbergieae.
Gayam, bahasa populer Inocarpus fagifer, adalah sejenis pohon anggota suku polong-polongan (Fabaceae) yang dapat tumbuh setinggi 20 sampai 30 meter dengan diameter 4 hingga 6 meter. Nama lainnya adalah gatep atau Tahitian chestnut (Inggris).
Pohon ini pada umumnya ditanam di pedesaan sebagai peneduh pekarangan, rawa, pinggir sungai dan area pemakaman. Hal-hal itulah yang kemudian memunculkan kesan angker pohon ini, sehingga sering dimitoskan dihuni oleh genderuwo.
Karena pohon gayam sering dianggap sebagai tempat tinggal genderuwo, maka buah gayam juga sering disebut sebagai buah genderuwo. Meski begitu, pohon gayam merupakan salah satu pohon yang memiliki nilai filosofis bagi masyarakat.
Pohon ini sering kali tumbuh berdekatan dengan kolam atau mata air atau lahan yang lembab sehingga diduga memiliki kemampuan menyerap air yang kuat dari sekitarnya. Karena anggapan itu, gayam juga merupakan salah satu tumbuhan konservasi.
Penyebaran pohon gayam (Inocarpus fagifer) ada disepanjang dataran Indo-Melayu dan menjadi edemik tanaman Indonesia, namun untuk saat ini keberadaannya mulai berkurang. Bukan tanpa alasan karena perubahan masyarakat yang lebih mengarah di area perindustrian.
Selain itu juga dirasa minimnya pengetahuan kemanfaatan pohon tersebut memicu sering ditebangnya pohon ini.
Ada beberapa daerah yang masih mempertahankan kearifan lokal ini hingga saat ini karena kepercayaan masyarakat akan arti dari sebuah filosofi Gayam Gayuh Ayem (bahasa Jawa).
Di Tempursari, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta ada Komunitas Jaka Tarub atau Jaringan Keluarga Tangan Rakyat untuk Bumi yang sejak 2006. Komunitas yang dikomandoi oleh Kamaludin, atau Bang Udin ini mulai bergerak setelah kejadian Gempa Jogya.
Mereka menggalakkan program gerakan Gayamisasi, hingga menyuplai biji ke BPDAS HL Yogyakarta.
Di musim kemarau seperti saat ini, Jaka Tarub mengampanyekan gerakan pungut anak gendruwo (Gayam) yang di kumpulkan sebanyak-banyaknya untuk di semai di halaman rumah dan selebihnya diambil oleh BPDAS HL.
Penyemaian ini di lakukan setiap tahun agar di musim hujan bisa di tanam dan di distribusikan hingga ke Surabaya Jawa Timur.
Air sebagai komponen peran penting untuk kehidupan, apa yang kita masukkan dalam tubuh membutuhkan Air. Jadi Air sumber kehidupan yang tak bisa di pisahkan. “Mewariskan Mata Air lebih Mulia daripada Mewariskan Air Mata”.
Gayam, tanaman multimanfaat yang telah menjadi tumbuhan langka, namun belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu keunggulan tanaman gayam adalah pada sistem perakarannya. Akar gayam sangat padat dan dalam sehingga berfungsi sebagai biopori, menjadi resapan air hujan dan melindungi sumber mata air.
Tanaman Gayam ini dari penampilannya mampu memberikan aura rasa ayem ‘tenteram, tenang’. Di samping itu, pohon Gayam juga dipercaya sebagai pohon yang dapat menyimpan/mendekatkan air ke permukaan tanah sehingga air jernih mudah didapatkan di sekitar pohon tersebut.
Ketersediaan air berarti juga ketenangan dan kesejahteraan bagi manusia. Untuk itulah pohon Gayam digunakan sebagai simbol rasa keayeman. Di samping tentu saja, daunnya yang selalu lebat memberikan rasa teduh dan suasana tenang di sekitarnya.
Laporan: Ricki Sismawan