RACHMAWATI Soekarnoputri tak tahan menahan isak tangisnya ketika di bagian pidatonya, mengucapkan “…kita saat ini tidak usah berharap dapat ini dapat itu. Jangan berpikiran menang mau menjabat. Saya minta pimpinan mahasiswa, kalian semua, berjuang hanya semata mata ikhlas agar bangsa kita merdeka semerdeka-merdekanya. Bebas dari penjajahan kaum kapitalis dan cukong cukong. Niatkan kita sedang berjihad di jalan Allah”.
Hal ini berlangsung kemarin, 30 November, di pertemuan ketua-ketua Badan Eksekutif Mahasiswa se-Indonesia yang berlangsung di Aula Dr. IR. Soekarno, UBK, Jakarta.
Tokoh tokoh nasional yang mendampingi Rachmawati seperti Sri Bintang Pamungkas, Ratna Sarumpaet, Letjen (p) Syarwan Hamid, Edwin Soekowati, Hatta Taliwang, musisi Ahmad Dhani, dan cucu pendiri Nahdatul Ulama Lili Wahid tampak haru biru mendengar pidato Rachmawati yang sangat ideologis. Sementara mahasiswa di dalam gedung riuh dengan yel yel Merdeka! dan Takbir, Allahu Akbar!
Rachmawati memang belakangan ini sangat fenomenal karena selain di stigma akan melakukan Makar, juga hampir semua tokoh tokoh oposisi berdatangan menemuinya, baik ke rumah beliau ataupun ke Universitas Bung Karno. Tapi, sebenarnya bukan itu alasan utamanya.
Kemiripan ideologis antara dia dengan ayahnya-lah yang diyakini tokoh-tokoh oposisi semakin tampak nyata. Hal ini diungkapkan, misalnya oleh Sekjen Forum Ummat Islam sekaligus sekretaris GNPF MUI, Al Khattath, secara personal dihadapan Rachmawati setelah Khattath menjadi pembicara di UBK, kemarin juga.
Karena menurut Khattath, Bung Karno itu ya Islam, ya Nasionalis, gak terpisah dan tidak dikotimis. Dan itu ada pada Rachmawati. Bukan pada keturunan Soekarno yang lain. Sebagai Arek Jawa Timur, Khattath yang mengaku mengagumi Bung Karno, yakin bahwa ruh perjuangan Bung Karno ada pada Rachmawati.
212 dan Jihad Di Jalan Allah
Rachmawati berpandangan bahwa saat ini Jokowi dan rezimnya telah mereduksi makna perjuangan ummat untuk melawan penista agama, Ahok dan sekaligus pendukungnya cukong cukong penyuap aparat. Bukan sekedar sebagai kegiatan berdoa dan berzikir di Monas. Apalagi pengorbanan rakyat di seluruh penjuru Indonesia terlalu besar.
Seperti Long March rakyat Ciamis ke Jakarta, penuh pengorbanan. Kenapa Jokowi mengatakan mereka bukan mau demo, hanya mau doa? Tentu mereka bukan mau sekedar berdoa di Monas.
Sebab, jika hanya berdoa di Monas, di daerah lain juga sama saja. Yang justru tidak sama adalah ketika mereka berbondong bondong ke Jakarta untuk melakukan aksi, meminta ketegasan Jokowi agar tidak lagi melindungi Ahok. Mereka menuntut segera tangkap dan penjarakan Ahok.
Perduksian makna perjuangan ummat ini dimulai dengan isu penunggangan aksi Bela Islam, adanya aktor politik dan terakhir adanya upaya makar. Menurut Rachmawati, ada beberapa makna makar, yang saat ini sudah dibelokkan dan disesatkan.
Makar, menurutnya, (1) kegiatan menyerahkan seluruh sumberdaya alam kita kepada asing dan aseng, bukan kepada rakyat pribumi. (2) Makar adalah mengubah UUD45 yang asli, sehingga negara kita amburadul saat ini. (3) Makar adalah yang menghina Pancasila, yang menista agama dan yang melindungi koruptor. (4) Makar adalah kegemaran menumpuk numpuk hutang luar negeri. (5) Makar adalah yang mendatangkan ribuan pekerja pekerja dari RRC. (6) Makar adalah yang menindas rakyatnya sendiri demi kepentingan kaum kaya dan para konglomerat yang ingin menguasai negeri ini. Jadi tuduhan makar kepada kaum oposisi menurut Rachmawati sangat salah sasaran.
Oleh karenanya, terkait rencana Aksi Bela Islam 3, 212, Rachmawati justru mengatakan bahwa penistaan Agama oleh Ahok harus sinergi dalam dua hal: pertama, Ahok memang harus dimaknai sebagai representasi atau proxy dari kaum kapitalis yang benci dengan keharmonisan bangsa kita (Bangsa kita aslinya memang menempatkan agama dan kerukunan agama sebagai kebajikan).
Kedua, kecongkakan Ahok selama ini karena dia memang beranggapan bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa kuli, sebagai sasaran jajahan dari bangsa RRC dan barat. Hal ini senada juga dengan pernyataan berulangkali dari Panglima TNI bahwasanya situasi kita dalam bahaya 6 ancaman strategis.
Dengan demikian, menurut Rachmawati, satu satunya jalan bagi bangsa ini adalah melihat Ahok dan cukong cukong pendukungnya, sebagaimana Bung Karno juga melihat Belanda dan penjajahn Barat di masa kolonial. Dan kita bisa mengalahkan mereka melalui Jihad Fisabilillah.
Pandangan ini menghantarkan Rachmawati pada opsi aksi 212 harusnya tetap sebuah aksi, bukan doa semata. Aksi dan doa harus sekaligus. Di sinilah Rachmawati mengajak rakyat Indonesia untuk tetap sekaligus menggabungkan 2 tuntutan, yakni menuntut penjarakan Ahok dan menuntut kembalikan UUD 45 yang asli.
Â
Oleh Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle