KedaiPena.com – Kepergian Rizal Ramli dinyatakan meninggalkan legacy tentang konsistensi untuk terus berbuat kebaikan dan tetap mendapatkan respek dari kawan maupun lawannya.
Pengamat Ekonomi Yanuar Rizki menyatakan rasa kehilangan atas kepergian Rizal Ramli, saat menghadiri Doa Bersama Hari ke-7 Rizal Ramli di Jalan Bangka IX Jakarta.
Ia mengaku sebulan yang lalu pernah menanyakan kepada keluarga melalui Bang Yos, kemana Rizal Ramli. Karena biasanya Rizal Ramli kerap mengirimkan pesan via aplikasi WhatsApp dalam beberapa bulan terakhir.
“Inti pesannya, khas Bang RR, kita tidak boleh percaya pada proses Pemilu. Kita membutuhkan terobosan, seperti halnya yang disampaikan Bang Hariman,” kata Yanuar, dikutip Kamis (11/1/2024).
Ia mengaku menyatakan kepada Rizal Ramli, perubahan bisa dilakukan melalui Pemilu, sepanjang calonnya terjadi diferensiasi.
“Saat itu Bang RR bilang, tidak bisa. Semua sama saja,” tuturnya.
Yanuar menyebutkan, ia mengenal Rizal Ramli pertama kali saat dirinya masih di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
“Pertama kali itu, saat Bang RR menjadi Menteri Keuangan. Saat itu, divestasi BCA. Seingat saya Pak Kwik saat itu menulis di Kompas, di halaman 1. Pak Kwik belum jadi menteri. Menteri Keuangan-nya Bang RR, di era akhir Gus Dur. Saat itu Bang RR menanyakan saya, saya lupa lewat Bang Faisal atau Mas Drajat, yang intinya adalah laporan pemeriksaan yang saya berika ke Bapepam,” kata Yanuar lebih lanjut.
Ia mengungkapkan Rizal Ramli saat itu bertanya kebenaran dari tulisan Kwik Kian Gie.
“Saya bilang benar. Dan memang harus dilakukan proses pengujian alat bukti. Saya bicara teknis banget. Tapi, saya nilai, pertimbangan Bang RR lebih mengarah kepada obilagasi recap yang jumlahnya besar,” ungkapnya.
Atas hal itu, ia menilai Rizal Ramli tak hanya berda di kabinet tapi juga sosok pendengar yang baik.
“Walaupun banyak yang bilang, jika mau sukses harus menjadi orang Jawa, tapi Bang RR tidak begitu. Dia tidak mencoba menjalankan politik Jawa, ia menjalani apa yang dia yakini, yang menurut saya sangat penting artinya bagi negara demokrasi,” ungkapnya lagi.
Yanuar mengenang Rizal Ramli sebagai sosok konsistensi tentang demokrasi, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.
“Setelah itu, saya lama tidak ketemu beliau. Saya juga keluar dari BEJ dan sebagainya. Ketemu lagi beberapa kali. Terakhir itu, saat saya menulis tentang divestasi Krakatau Steel di Kompas, yang terkait pada pemerintahan SBY. Pertama kali ketemu, saat itu saya masih di EKONID dan ia memberikan foto saat dia nge-jab Pak SBY. Dia mengomentari tulisan saya, ini bagus tapi harusnya langsung saja nge-jab SBY. Itu lah yang saya ingat dari Bang RR, bahasanya lugas yang berbasis data, dengan cara yng aktivis dan politisi, yang langsung menyasar pada orangnya,” katanya lebih lanjut.
Ia mengaku terakhir bertemu dengan Rizal Ramli saat acara CORE yang membahas tentang reformasi.
“Setelah itu, cukup intens. Bang RR banyak diskusi dengan saya, baik via telepon atau wa, terhadap beberapa hal yang menurut seperti tahun 1997, 1998, saat beliau menjadi penasehat di Fraksi ABRI. Saya juga memiliki pandangan yang sama,” ujarnya.
Tiga hal yang disoroti, lanjutnya, adalah terkait harga beras terkait Pemilu di India, energi yang terkait dengan Pemilu di Amerika Serikat, dan nilai tukar.
“Bang RR menilai itu, harus diresonansi secara keras, untuk memancing pemain-pemain untuk muncul sebelum Pemilu. Yang ingin saya soroti adalah semangat beliau melihat bahwa kita sudah terlalu seenaknya,” ujarnya lagi.
Yanuar menyatakan kagum dengan semangat Rizal Ramli untuk terus meyakini bahwa kita harus maju ke depan bukan mundur ke belakang.
“Saya banyak belajar dari beliau, tidak mudah juga direspek oleh kawan maupun lawan. Misalnya dengan Bu Sri Mulyani. Itu yang saya belajar dari beliau. Kita kalau melawan harus ada dasarnya dan yang dilawan bukan orangnya tapi sesuatu yang berkaitan dengan orang banyak. Dan ternyata tak perlu juga melakukan politik Jawa untuk direspek kawan maupun lawan,” tandasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena