KedaiPena.Com – Situs Megalitikum Gunung Padang terletak di perbukitan perbatasan Dusun Gunung Padang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur. Keberadaannya pertama kali dimuat dalam laporan ‘Buletin Dinas Kepurbakalaan’ pada 1914.
Memiliki wilayah seluas 3 hektar, situs ini tercatat sebagai komplek punden berundak di Asia Tenggara. Selain itu, situs ini dikelilingi lembah yang cukup dalam, sehingga disebut-sebut mirip piramida di Mesir.
Situs Gunung Padang yang juga di kenal sebagai komplek punden berundak oleh warga setempat pada awalnya dikeramatkan dan dianggap sebagai tempat Prabu Siliwangi membangun istana.
Nanang, Koordinator Juru Pelihara Cagar Budaya Situs Gunung Padang Megalitikum saat berbincang-bincang dengan KedaiPena.Com mengungkapkan, bahwa komplek punden berundak ini sendiri memiliki 5 bagian teras halaman.
“Situs Gunung Padang terdiri dari lima teras halaman. Teras pertama yakni Tembuka Lawang, lalu teras kedua Bukit Masigit, teras ketiga Mahkota Dunia, keempat Batu Kanuragaan, dan yang terakhir ialah Singasana Raja Eyang Prabu,” jelas Nanang.
Dikatakan Nanang, masing-masing teras itu pun memiliki arti khusus, seperti Tembuka Lawang yang memiliki arti sebagai tempat penyambutan atau tempat berkumpul untuk bermusyawarah para raja. Kemudian Bukit Masigit, kata Nanang, adalah tempat raja atau ratu yang paling bijaksana,
“Lalu untuk batu Mahkota Dunia memiliki arti bahwa manusia harus bisa saling berbagi kasih sayang. Selain itu kalau batu keneragaan memiliki arti atau simbol pengujian. Sebelum kita naik ke tempat terakhir atau singasana, kita harus bisa melewati dan menguasai keempat batu itu,” tutur Nanang.
Dan untuk teras kelima, lanjut Nanang, merupakan akhir dari keempat teras tersebut yang memiliki arti kesempurnaan hidup.
“Dan dapat dipahami sebagai ibu, yang berarti harus menuruti ibu bapak kita. Selain itu kita juga harus menuruti leluhur kita yang berarti juga menuruti Tuhan yang maha esa,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh