KedaiPena.Com – Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN memiliki sebuah kegiatan seminar dan edukasi kepada masyarakat tentang kesadaran keamanan data pribadi.
Dibuat untuk membentuk budaya positif seiring dengan kemajuan masyarakat yang semakin akrab dengan teknologi informasi, kegiatan seminar dan edukasi ini sudah berlangsung di 5 kota besar di Indonesia.
Diberi nama ‘Kampanye Literasi dan Keamanan Siber (KLiKS)’ program ini berada di bawah Direktorat Proteksi Ekonomi Digital yang dipimpin oleh Anton Setiyawan.
Sebenarnya bagaimana Program Kampanye Literasi dan Keamanan Siber ini terbentuk?
Kepala Sub Direktorat Proteksi Keamanan Informasi Publik, BSSN, Nur Iskandarsyah saat ditemui oleh KedaiPena.Com berbagi cerita soal terbentuknya program kampanye dan literasi keamanan siber tersebut.
Menurutnya program kampanye dan literasi keamanan siber dibentuk atas landasan amanat pertumbuhan eekonomi yang tercantum dalam Perpres No. 133 tahun 2017 tentang Perubahan atas Perpres No. 53 tahun 2017 tentang Badan Siber dan Sandi Negara.
“Dalam pepres tersebut ada satu amanatnya yakini pertumbuhan ekonomi nah dalam pertumbuhan ekonomi tentu berkaitan dengan literasi terhadap konsumen bagaimana konsumen bisa bertransaksi digital dengan aman lalu juga bagaimana prilaku,” ungkap dia kepada KedaiPena.Com di kawasan Jakarta Selatan, Senin, (19/11/2018).
Tidak hanya itu, lanjut dia, program kampanye dan literasi keamanan siber juga dilandasi atas beberapa penelitian yang menujukan tingginya pengguna internet di Indonesia.
Mengacu data pada Januari 2018, kata dia, beberapa penelitian tersebut merilis bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai angka 50 persen. Artinya setengah dari 265 juta jiwa masyarakat Indonesia berinteraksi melalui internet.
“Lebih spesifiknya lagi dari 132 juta jiwa masyarakat Indonesia berinteraksi dengan internet satu hari itu 8 jam 21 menit dan khusus untuk media sosial itu sebanyak 3 jam 23 menit. Ada 4 media sosial favorit masyarakat Indonesia yakni Whatsapp, Facebook, Instagram dan Line,” imbuh dia.
Melihat kondisi tersebut, lanjut dia, BSSN pun membuat kegiatan Kampanye Literasi dan Keamanan Siber agar penggunaan internet atau teknologi pintar dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia dengan bijak.
“Jika melihat grafik dari pertumbuhan teknologi informatika yang berkembang sangat cepat dari pada penetrasi terhadap kemapuan atau pun kesadaran terhadap keamanan siber sangat tidak berbanding lurus. Berbeda jadi peningkatan kemampuan teknologi informatika berkembang pesat tapi tidak dibarengi dengan kemampuan kesadaran terhadap keamanan siber,” kata dia.
Padahal hal tersebut, ungkap dia, dapat dilihat sebagai potensi terjadi kejahatan siber. Internet bisa dijadikan internet fasilitator cyber crime serta bisa dimanfaatkan untuk cyber crime.
“Dari situ kita melihat perlu masuk agar bisa mmberikan edukasi melalui literasi. pendidikan kepada masyarkat Indonesia,” papar dia.
Dengan hastagh #kliks, tegas dia, BSSN ingin masyarakat dapat berfikir dan berhati dalam menggunakan internet. Karena ketika sudah menggunakan internet tepatnya sosial media apapun yang kita lakukan dapat terlihat oleh orang banyak.
“Karena dari total 132 juta masyarakat Indonesia pengguna sosial media, yang mengerti keamanan dunia siber hanya 5 persen,” papar dia.
“Nah selebihnya mereka yang belum mengetahui menjadi tanggung jawab kita karena mereka yang memanfaatkan, menikmati serta menggunakan dunia siber tidak mengerti bahwa ada kerawanan bagi diri mereka sendiri,” pungkas dia.
Di tahun 2018 ini program kampanye dan literasi keamanan siber ini sudah menghampiri 5 kota besar di Indonesia yakini Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Denpasar dan Bogor. Jumlah audience paling besar berasal dari kota Denpasar yang menyentuh 1000 peserta.
Laporan: Muhammad Hafidh