KedaiPena.com – Berbagai tambang yang dimiliki bangsa Indonesia, tidak usah terburu-buru dieksploitasi, sampai bangsa Indonesia memiliki tenaga ahli yang cukup untuk mengelolanya sendiri. Demikian kutipan perkataan Bung Karno yang diangkat Hendrajit dalam bagian kuping buku berjudul Perang Asimetris, Skema Penjajahan Gaya Baru.
Pengamat Geopolitik, Hendrajit menyatakan perkataan itu merupakan perwujudan dari sosok Bung Karno yang visioner dan futuristik dalam melihat masa depan bangsa ini.
“Tersirat juga, pandangan beliau tentang investasi seperti apa dulu. Apakah itu gerakan tersamar sebagai bentuk penjajahan tersembunyi atau memang untuk kemitraan strategis yang setara,” kata Hendrajit saat menemui Jaya Suprana terkait buku miliknya Perang Asimetris Skema Penjajahan Gaya Baru, dikutip Rabu (24/1/2024).
Ia menyampaikan investasi bersifat ekonomi yang ada saat ini seringkali menjadi gerakan tersamar dari upaya untuk menguasai hal penting.
“Sebagai contohnya, kereta api cepat Jakarta Bandung, dimana sebenarnya antara Karawang Purwakarta masih banyak sumur minyak yang aktif. Sehingga dalam skema ini, proyek ini tertutupi oleh proyek kereta api cepat,” tuturnya.
Hendrajit menyatakan dengan adanya proyek kereta api cepat ini akhirnya bisa menutupi adanya penguasaan dari ‘comprador’, yaitu satu istilah yang digunakannya untuk merujuk pada para pengusaha yang ber’kawin mahwin’ dengan penguasa.
“Kerangka penjajahan gaya baru yang nir militer ini adalah Neo Kolonialisme. Yang sistemnya, dibagi menjadi skema, strategi dan modus operandi. Ini lah yang tidak terbaca. Padahal sudah dijabarkan mekanismenya pada pidato Presiden Soekarno di Landraad,” ujarnya.
Saat ini, lanjutnya, walaupun disadari, tapi Indonesia belum memiliki kontra skemanya.
“Skema penjajahan gaya baru ini merupakan kepanjangan dari kolonialisme klasik yang tidak bisa diterapkan lagi paska perang dunia ketiga, maka para kolonialisme ini menjalankan Neo Kolonialisme, yang nir militer,” kata Hendrajit menjelaskan.
Sifatnya adalah tidak ada kekerasan, pola militer diterapkan tanpa ada keterlibatan militer, menggunakan isu-isu untuk membangkitkan kecemasan di masyarakat, penekanan isu, dan terakhir adalah mewujudkan apa yang diinginkan oleh pelaku Neo Kolonialisme.
“Misalnya, digelontorkan isu cabe mahal, adanya kelangkaan cabe, dan jika sudah terbentuk opininya, akhirnya dikeluarkan lah solusi untuk mengatasi harga mahal dengan impor. Jika sudah terjadi seperti itu, maka para korporasi asing yang didukung oleh oligarki dan plutokrasi, yang hanya menguntungkan kapitalis global dan orang-orang tertentu di negara ini, seperti orang di DPR, orang di kementerian,” pungkasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena