KedaiPena.Com – Selama ini banyak yang bertanya siapa Buyung Sitompul, Calon Bupati Tapanuli Tengah Nomor Urut 4 itu? dan bagaimana latarbelakang kehidupannya sebelum menjadi Cabup?.
Berikut cerita singkat riwayat hidupnyanya.
Buyung Sitompul, adalah putra ketiga dari pasangan Riana Boru Panggabean (Ibu) dan Djarongga Sitompul (Ayah) seorang veteran, yang dilahirkan pada 3 Maret 1960. Ayah dan ibunya berasal dari Kecamatan Tukka, yaitu si Ibu dari Pahae Jae dan ayah dari Desa Saormanggita.
Semasa hidup, Alm. Djarongga Sitompul, bekerja sebagai petani dan berkebun di tanah milik mereka sendiri, di Desa Lopian, Kecamatan Badiri. Sadar akan jalan kehidupan, si Buyung kecil pun selalu ikut ke sawah membantu setiap libur sekolah. Pengalaman ini membuatnya sangat memahami dunia petani. Sedangkan si ibu, Riana Boru Panggabean (tercatat sebagai penerima penghargaan ‘Ibu Teladan’ di Kotamadya Sibolga) semasa hidup aktif dalam dunia dagang di Pasar Swadaya Sibolga. Yang membuat Buyung juga aktif membantu ibunya saat pulang dari sekolah. Sehingga, Buyung Sitompul mendukung ekonomi kerakyatan karena menganut paham, ‘Bohado Pangkilalan Ni Angka Partiga-tiga’ (Bagaimana perasaan seorang pedagang).
Buyung Sitompul menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri 07 Sibolga, dan melanjutkan ke SMP Negeri 1 Sibolga yang selanjutnya menamatkan pendidikan menengah di SMA Negeri 1 Sibolga Pada Tahun 1979. Kemudian Buyung Sitompul melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi yaitu, menamatkan pendidikan tinggi di Fakultas Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara (USU) dan dianugerahi gelar insinyur (Ir), serta gelar S-2 di Institute Tekhnologi Bandung (ITB).
Pengabdian Sebagai Sarjana Teknik
Setelah mendapat gelar Insinyur, Buyung Sitompul memulai karirnya di sebuah perusahaan swasta sebagai konsultan pengawas di Sumatera Barat. Akan tetapi, merasa ada yang kurang dari profesinya sebagai konsultan, Buyung mencoba beradu nasib di rantau orang dengan mendaftar sebagai PNS di Departemen Pekerjaan Umum, dan Alhamdulillah diterima, sehingga ditempatkan di Kantor PU Kotamadya Pariaman.
Selanjutnya Buyung dipromosikan di Kantor PU Sawah Lunto, Sumbar, dan menjabat sebagai Kepala Seksi Cipta Karya. Dan selama di Sawah Lunto lah beliau makin banyak mendapat pengalaman berharga, salah satunya memperhatikan keseriusan dan keinginan masyarakat. Sehingga, keberhasilan ini membuat Buyung Sitompul menjadi sorotan pemerintah, sehingga Pemerintah memberikan peluan kepada beliau untuk menjadi mahasiswa pasca sarjana di ITB, dan berhasil mendapat gelar Magister Tekhnik (MT) bidang jalan raya dan jembatan di perguruan tinggi favorit Indonesia itu.
Usai mendapat gelar MT di ITB, Buyung pun mendapat tugas baru yang lebih besar yakni, sebagai Kepala Seksi di Kantor Wilayah (Kanwil) Depertemen PU Provinsi Sumatera Barat, pada tahun 1990 hingga tahun 1998, yang kemudian dipercaya di Bidang Tata Ruang Sumbar.
Seiring dengan penerapan kebijakan otonomi daerah, impian Buyung Sitompul mengabdi di Bona Pasogit (kampung halaman) pun terwujud. Dimana, keputusan pindah dari Sumatera Barat ke Sumatera Utara dikabulkan, meski kembali meniti karirnya sebagai staf senior di Dinas Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara (Provsu).
Rupanya pepatah lama tetap berlaku, “Kalau Berlian, Dimanapun Diletakkan Tetap Berlianâ€. Keikhlasan, keseriusan dan integritas dalam mengawasi pembangunan di Bonapasogit menjadi perhatian serius dari pimpinannya di Sumut saat itu, sehingga mengusulkan Buyung sebagai Pimpinan Proyek (Pimpro) di Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) pada tahun 2005.
Buyung pun menoreh hasil baik dalam pekerjaannya di BRR Nias hingga tahun 2009 silam saat kontrak BRR habis, dan keberhasilan beliau pun membuatnya memangku jabatan lebih tinggi lagi yakni, Kepala Satuan Kerja (Ka Satker) Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan Jalan Nasional (P2JN) di Propinsi Kepulauan Riau (Batam).
Namanya jasad, tak akan jauh dari dari tempat dimana pusatnya ditanam, seperti itu pula Buyung Sitompul, dia pun dikembalikan untuk merancang dan mengawasi pembangunan jalan nasional di kampungnya, karena dia diangkat menjadi Ka Satker Balai P2JN Sumut Wilayah II, yang hasilnya beliau sanggup menggiring dana untuk perbaikan jalan nasional Tapteng dari Sarudik sampai Anggoli (Batas Tapsel), lanjutan jalan Rampa – Poriaha, dan rencana pembangunan mega proyek jembatan layang di Batu Lubang.
Akan tetapi, Buyung pun akhirnya harus menghentikan langkah perancangan dan pengawasannya terhadap program terakhir itu. Sebab, Buyung memilih pensiun lebih cepat dari seharusnya, karena ingin membangun Tapteng lebih besar lagi, melalui anggaran-anggaran yang digiringnya nanti dari pemerintah pusat, dan meningkatkan Penghasilan Asli Daerah (PAD) Tapteng, yang dapat menjadikan Tapteng sejahtera.
Karena bagi Buyung, Tapteng saat ini sedang ‘dilanda’ bencana tata ruang, dan membutuhkan pemimpin yang menguasai bidang itu. Dengan adanya pemimpin yang mumpuni, membuat pembangunan Tapteng nantinya terarah dan mewujudkan kesejahteraan. Kemudian, Tapteng saat ini membutuhkan seorang sarjana teknik sipil yang teruji dalam pembangunan infrastruktur, dan memiliki komunikasi yang baik dengan berbagai Kementerian di Pusat, apalagi beliau dianggap sudah teruji dan terbukti, dalam merehabilitasi infrastruktur di Pulau Nias yang porak poranda pascagempa dan Tsunami serta mampu merancang dan mengawasi pembangunan jalan nasional di Kepulauan Riau dan Sumut.
Serta, satu – satunya Calon Bupati yang merupakan birokrat, yang dianggap orang yang tepat menghapus politisasi jabatan ASN (dulu PNS), sehingga ASN tidak menjadi korban kepentingan politik yang membuat mereka harus dimutasi, yang tempat kerja barunya nanti jauh dari tempat tinggal keluarganya. Kemudian, Buyung dianggap mampu menumbuhkan kembali kepercayaan diri, inovasi dan kreatifitas para PNS di Tapteng, yang mengabdi sebagai tenaga pengajar, maupun yang bekerja sebagai pegawai dan pejabat di birokrasi yang dinilai sudah terpasung selama ini, demikian juga para tenaga kerja non PNS (Honorer, THL dan TKS).
Buyung Sitompul menikah dengan Ir. Hj. Rahmietry, sarjana dan ahli dibidang perikanan. Pasangan ini dikarunia satu putri dan dua putra. Anak pertama (Boru Panggoaran), Ayu Anisah Sitompul, telah menyelesaikan pendidikan dokter dari Universitas Andalas, Padang. Anak kedua (putra), Fadil Sitompul, telah menyelesaikan pendidikan D3 Ekonomi di Universitas Sumatera Utara (USU), dan saat ini melanjutkan pendidikan S-1 Ekonomi di Jakarta. Dan anak ketiga (putra), Noval Sitompul, saat ini masih sekolah kelas XI salah satu SMA di Kota Medan.
Oleh: Ali Akbar Zega, Humas Tim Pemenangan pasangan calon bupati dan wakil bupati Tapteng Buyung Sitompul-Binsar Saruksuk (BESAR)