KEINDAHAN alam Indonesia sangatlah menawan. Tak heran jika banyak sekali yang ingin berdatangan ke Indonesia hanya untuk melihat keindahannya.
Goa menjadi salah tempat wisata di Indonesia yang tak kalah dengan keindahannya baik yang berada di pegunungan maupun pantai.
Goa Jomblang menjadi salah satu dari sekian banyak goa di Indonesia. Goa Jomblang terletak di kawasan pegunungan karts yang ada di Gunung Kidul.
Goa Jomblang merupakan salah satu goa dari sekitar 500 goa yang ada di wilayah pegunungan tersebut. Goa ini mempunyai mulut vertikal dengan jarak antara bibir goa dengan dasarnya bervariasi.
Dengan kedalaman di sekitar 80 meter, dibutuhkan kemampuan melakukan single rope technique (SRT) untuk memasuki goa ini.
SRT ini sendiri merupakan teknik yang baku digunakan untuk menuruni goa vertikal dengan memakai satu tali sebagai lintasan yang dipakai untuk jalan menaiki dan menuruni tempat yang vertikal.
Terdapat empat jalur yang bisa dilewati oleh penjelajah alam untuk memasuki dasar goa. Jalur yang pertama merupakan jalur yang paling mudah yang sering disebut jalur VIP.
Di jalur ini, 15 meter pertama melewati lintasan terjal dan masih bisa ditapaki dengan kaki. Peralatan SRT lengkap harus digunakan untuk menjamin keselamatan penjelajah. Sisa jarak dengan dasar goa dapat ditempuh dengan SRT, meluncur dengan tali sejauh sekitar 20 meter.
Sementara itu ketiga jalur lain, medannya lebih sulit karena harus menggunakan SRT sejak ketinggian 80 meter (Jalur A), 60 meter (Jalur B) dan 40 meter (Jalur C).
Bagi penjelajah yang baru pertama kali memasuki goa vertikal, diwajibkan menggunakan jalur VIP dahulu.
Namun bagi mereka yang sudah terbiasa memasuki, ketinggian goa merupakan tantangan tersendiri walaupun tetap harus memperhatikan faktor keselamatan.
Goa Jomblang ini berdiameter 50 meter, dijelajahi pertama kali pada tahun 1984 oleh Acintyacunyata Speleological Club (ASC). Mereka merupakan kelompok penjelajah goa dari Yogyakarta.
Saat berada didasar goa, dapat kita temukan beberapa tanaman, tumbuh subur merimbun, pada dinding kapurnya ditumbuhi tanaman perdu.
Setelah sampai dasar, penjelajah dapat beristirahat pada sebuah bilik bentukan alam. Selanjutnya penjelajah dapat meneruskan perjalanan menyusuri lorong yang menghubungkan Goa Jomblang dengan gka vertikal lainnya yang bernama Goa Grubug.
Lorong penghubung dua goa tersebut cukup lebar dengan panjang sekitar 300 meter.
Untuk menyusuri lorong tersebut dapat dengan mudah dilalui karena terdapat jalan setapak yang terbentuk dari bebatuan yang disusun memanjang. Tetapi penjelajah harus berhati-hati karena jalan tesebut sangat licin karena udara dalam goa yang lembab dan berlumpur.
Setelah sampai pada ujung lorong yang merupakan dasar Goa Grubug, penjelajah bisa melihat keindahan yang luar biasa. Terdapat dua stalagmit yang cukup besar berwarna hijau kecoklatan berdiri tegak di tengah dasar Goa Grubug.
Apabila penjelajah dapat mencapai dasar Goa Grubug tepat pukul 13.00 WIB akan dapat melihat pemandangan yang eksotik dari sinar matahari yang menerobos masuk kedalam kegelapan ke dasar Goa Grubug.
Sinar matahari juga menyentuh sejumlah stalagtit dan stalagmit yang terbentuk dari tetesan air selama ribuan tahun. Terdapat pula aliran sungai yang berasal dari Kali Suci terletak pada sisi sebelah utara dari stalagmit besar tersebut.
Penjelajah dapat menggunakan perahu karet pada saat musim kemarau untuk menelusuri jalur sungai tersebut. Aliran sungai dengan kedalaman 30 meter tersebut menghubungkan dasar Goa Grubug dengan beberapa goa lainnya di wilayah pegunungan karst tersebut.
Pada musim penghujan, aliran sungai tersebut lumayan deras sehingga disarankan tidak mencoba menelusuri sungai tersebut karena sangat berbahaya.
Oleh Nyi Mas Jihan Haswini Winahyu, Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI, Jurusan Pendidikan Fisika