KedaiPena.Com – Tempat untuk menginap atau beristirahat memang menjadi aspek penting dalam berwisata. Seringkali sebuah destinasi wisata tidak lengkap jika tidak memiliki sebuah hotel atau ‘homestay’ yang memadai.
Ciletuh sebagai sebuah geopark yang tercatat secara resmi di Unesco telah mengembangkan rumah-rumah masyarakat lokal sebagai penginapan bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Dari sekian banyak desa di Ciletuh yang masyarakatnya memanfaatkan tempat tinggalnya sebagai ‘homestay’, ialah Desa Taman Jaya. Berada di Kecamatan Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat jumlah ‘homestay’ di wilayah ini terus meningkat.
Di mulai sejak akhir tahun 2013 yang hanya berjumlah lima buah hingga kini masyarakat yang menjadikan rumahnya menjadi sebuah ‘homestay’ berjumlah sekitar 70.
Salah satu warga yang turut mengembangkan rumahnya sebagai sebuah ‘homestay’ untuk para wisatawan di Desa Tamanjaya ialah Deni.
‘Homestay’ milik Boyo, sapaannya, bernama ‘Guay’, atau dalam bahasa Sukabumi memiliki arti gerak. Informasi lebih lanjut bisa didapat di sosial media yang berkaitan dengan Geopark Ciletuh.
Alasan Deni memulai menjadikan rumahnya sebagai sebuah ‘homestay’ sangat sederhana, yakni mengimplementasikan konsep dari geopark itu sendiri.
“Tujuan geopark adalah pemberdayaan masyarakat. Jadi otomatis wisatawan harus menginap di ‘homestay’ untuk menambah pendapatan masyarakat,” kata Deni saat berbincang dengan KedaiPena.Com, belum lama ini.
Ia mengungkapkan bahwa ‘homestay’ di Desa Taman Jaya biasanya bertarif Rp350.000 hingga Rp400.000 per malam.
Mayoritas dengan tarif seperti itu para wisatawan akan mendapatkan fasilitas seperti TV, dispenser, kamar mandi di dalam ‘homestay’.
Biasanya, lanjut Boyo, para pemilik ‘homestay’ juga akan menawarkan paket untuk makan serta berwisata di Ciletuh.
“Misalnya mereka mau berkegiatan di Geopark Ciletuh selama dua hari biasanya satu orangnya akan dikenakan biaya sebesar Rp300 ribu satu orang. Itu fasilitas makan empat kali dan restribusi tempat wisata sudah termasuk,” kata dia.
Boyo menambahkan bahwa terkonsepnya tata kelola ‘homestay’ di Desa Taman Jaya lantaran sudah banyak pelatihan serta bantuan soal pengelolaan wisata yang diberikan oleh BUMN dan perusahaan swasta.
“Lalu dari fakultas-fakultas di berbagai universitas memberikan bantuan, baik dalam bentuk ilmu. Ada berbagai pelatihan dan cara menjamu tamu,” tutur Boyo.
Ia pun berharap, masyarakat di Ciletuh lebih paham soal geopark sehingga ke depan akan lebih mengoptimalkan edukasi dan konservasi.
“Itu menurut saya lebih penting. Perlu diingat status geopark ini setiap empat tahun dipilih lagi (revalidasi) untuk jadi geopark. Dan perlu dingat geopark lahirnya di masyarakat, jadi pemikiran masyarakat ini yang harus kita perkuat terlebih dahulu,” papar dia.
Laporan: Muhammad Hafidh