Artikel ini ditulis oleh Musni Umar, Sosiolog, Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta.
Tren bersepeda mewabah di Eropa dan bahkan hampir di seluruh dunia. Indonesia yang merupakan bagian dari dunia, juga mengalami hal yang sama.
Jerman sebagai contoh, merupakan salah satu negara di Eropa yang penduduknya sangat marak bersepeda. Dampaknya sangat meningkat penjualan sepeda.
Disebutkan sebanyak 1,36 juta sepeda listrik terjual pada 2019. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat dari jumlah penjualan pada tiga tahun sebelumnya.
Sebagai perbandingan, 3,6 juta mobil terjual di negara itu tahun lalu, dan pasar anjlok 35 persen pada paruh pertama 2020.
Federasi Pengendara Sepeda Eropa menyatakan bahwa 32 kota terbesar di Uni Eropa telah mengajukan perbaikan fasilitas bersepeda. Belgia, Denmark, dan Belanda bahkan telah merintis jalur cepat yang dirancang untuk pengendara sepeda.
Banyak pula rencana yang datang dengan mengorbankan jalur lalu lintas mobil. Contoh lain, Roma mengecat jalur sepeda yang dilalui pesepeda. Berlin dan Paris mendirikan jalur pop-up sepeda di tengah pandemi.
Kopenhagen, Denmark, stasiun kereta Norreport tidak hanya memanjakan calon penumpang, tapi juga pesepeda. Selain tempat parkir yang berlimpah, pengguna sepeda juga dimanjakan dengan stasiun pengisian baterai yang berbasis energi ramah lingkungan.
Konsep serupa yang diterapkan di sejumlah titik lain di pusat kota menegaskan niat Kopenhagen membebaskan diri dari asap kendaraan.
Peningkatan penggunaan sepeda di negara-negara Eropa semakin marak ketika diterapkan ‘lockdown’ (penguncian wilayah) untuk cegah penyebaran Covid.
Stephanie Krone, ahli lalu lintas di asosiasi sepeda Jerman ADFC, mengatakan warga “Der Panzer” menghabiskan dua kali lebih banyak waktu bersepeda dari sebelumnya.
“Toko sepeda saat ini melihat ledakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi untuk melanjutkannya, pemerintah kota harus meningkatkan infrastruktur untuk mengakomodasi semua pendatang baru,” ujarnya, dikutip dari Bloomberg pada Minggu (5/7/2020).
Kondisi ini pun mengenyampingkan penggunaan kendaraan pribadi di Eropa yang juga sering disebut Benua Biru. Pada masa pandemi Covid-19 telah meningkatkan popularitas kereta angin yang tidak lain adalah sepeda.
Sebelum pandemi, sepeda telah menikmati peningkatan permintaan dari konsumen yang sadar lingkungan. Namun, risiko penularan virus corona melalui penggunaan bus dan kereta semakin meningkatkan daya tarik sepeda.
Tren Sepeda di Jakarta
Berdasarkan survei The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), penggunaan sepeda di Indonesia meningkat hingga 10 kali lipat atau meningkat 1.000 persen saat PSBB Jakarta, dibandingkan dengan pada Oktober 2019.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno mengatakan bersepeda dinilai lebih aman dan dapat meningkatkan imun terhadap tubuh pada masa pandemi.
Menurut hasil penelitian ITDP tersebut sebanyak 28 persen konsumen juga melihat e-sepeda dalam posisi yang siap menggantikan mobil sebagai alat transportasi dalam kota.
Negara Demokrasi Bukan Negara Buzzer
Dalam negara demokrasi sah saja ada warga yang tidak setuju adanya jalur khusus sepeda, tetapi sah juga banyak warga yang dukung Pemprov DKI buatkan jalur khusus pesepeda.
Mereka yang tidak setuju adanya jalur khusus sepeda di jalan Sudirman-MH Thamrin terbagi dalam beberapa kategori.
Pertama, politisi seperti Ahmad Sahroni, anggota DPR RI yang minta kepada Kapolri supaya jalur khusus sepeda di Jl. Sudirman dan MH Thamrin dibongkar.
Ahmad Sahroni dikenal sebagai politisi yang memiliki banyak koleksi kendaraan mulai dari motor hingga mobil mewah. Tak heran jika Ahmad Sahron memiliki julukan ‘Crazy Rich’ Tanjung Priok.
Kita hormati pendapatnya, tetapi sebaiknya sebagai wakil rakyat suarakan juga pemberantasan korupsi dan pelemahan KPK, suarakan pentingnya keadilan ekonomi dan hukum yang sangat dirasakan urgensinya oleh rakyat banyak.
Kedua, buzzeRp. Bagi mereka, apapun yang dikerjakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak ada baiknya. Diduga mereka menjadikan Anies sebagai musuh untuk mendapatkan apresiasi dari kakak pembina serta untuk menghancurkan kredibilitas Anies.
Rakyat sudah cerdas dan melihat fakta, Anies telah mengubah Jakarta menjadi kota yang indah dan maju seperti kota-kota besar di dunia.
Ketiga, mereka yang belum ‘move on’ pasca pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Padahal Basuki T. Purnama sudah move on dan telah memperoleh kedudukan sebagai Komisaris Utama PT Pertamina.
Kesehatan Warga DKI
DKI Jakarta sebagai ibu kota negara Republik Indonesia, suka tidak suka dan mau tidak mau harus berkontribusi paling tidak tiga hal.
Pertama, mengurangi polusi kendaraan yang sangat berbahaya bagi kesehatan warga DKI dan masyarakat dunia.
Kedua, mencegah polusi udara akibat asap kendaraan. Dampak polusi kendaraan kebanyakan orang akan mengalami gangguan pernapasan mulai dari menurunya kadar oksigen dalam tubuh hingga kerusakan saluran pernapasan, seperti asma dan kanker paru-paru.
Ketiga, mendorong warga untuk berolah raga. Salah satu olah raga yang baik dilakukan ialah bersepeda. Kita bersyukur warga DKI Jakarta pada khususnya sangat antusias gowes pada masa pandemi Covid.
Kita berharap di masa depan, bersepeda menjadi kebiasaan (habit) dan budaya untuk berolah raga, berbelanja, dan sarana transportasi untuk bekerja setiap hari.
Indonesia dan Masyarakat Dunia
Pemerintah yang baik adalah bisa mendorong, mewadahi dan menfasilitasi warganya untuk hidup sehat dan menciptakan lingkungan yang sehat.
Salah satu contoh yang baik, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dipimpin Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria menyediakan jalur sepeda di Jakarta.
Dampak positif penyediaan jalur khusus sepeda di Jakarta. Pertama, mendukung dan menfasilitasi warga DKI Jakarta untuk berolah raga dengan gowes sepeda untuk meningkatkan ketahanan pisik menghadapi pandemi Covid.
Kedua, berpartisipasi dalam mendukung kampanye mengurangi polusi kendaraan bermotor dengan menyediakan jalur khusus sepeda seperti tren masyarakat dunia saat ini.
Ketiga, membangun budaya sehat di DKI Jakarta dengan banyak jalan kaki. Kita bersyukur Gubernur Anies dan jajaran Pemprov DKI Jakarta menyediakan pedesterian di Jalan Sudirnan dan MH Thamrin yang luas ditumbuhi pepohanan dan taman yang indah.
Alhamdulillah semakin banyak warga yang jalan kaki dari stasiun kereta api atau dari halte Transjakarta menuju kantor tempat bekerja dengan jalan kaki.
Keempat, membangun budaya dengan gowes sepeda untuk olah raga, berbelanja dan untuk bekerja ke kantor atau tempat beraktivitas. Hasilnya kita sudah mulai saksikan saat ini dan insya Allah akan menjadi budaya seperti di negara-negara Eropa.
Kelima, jalur khusus sepeda seperti jalur khusus Transjakarta (‘bus way’) pada mulanya diprotes pemilik mobil dan motor, tetapi akhirnya diterima.
Saya pikir, wajar saja kalau ada yang tolak jalur khusus sepeda, tetapi saya yakin cepat atau lambat akan diterima karena untuk kepentingan bersama mengurangi dan mencegah bahaya polusi udara dari asap kendaraan yang membahayakan kesehatan warga dan masyarakat dunia.
[***]