KedaiPena.Com – Para pemimpin bisnis senior Asia Pasifik yang tergabung APEC Business Advisory Council (ABAC) yang sejak 23 April 2019 hadir dalam Pertemuan ABAC II Jakarta sepakat dan berkomitmen bahwa untuk terus menjaga Asia Pasifik sebagai pusat ekonomi dunia yang dinamis.
“Tidak pernah ada waktu yang lebih tepat dalam menunjukkan komitmen kami terhadap keterbukaan dan integrasi ekonomi yang lebih dalam. Meskipun dengan berbagai turbulensi global saat ini kami optimis bahwa Asia Pasifik bisa melewatinya, ” kata Ketua ABAC 2019, Richard von Appen (ABAC Chile) yang merujuk kepada laporan IMF yang menurunkan pertumbuhan outlook ekonomi global ke level yang paling rendah sejak Krisis Finansial global. Selain itu, WTO juga meramalkan bahwa total perdagangan barang turun 2.6% tahun ini.
ABAC berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi seluruh masyarakat Asia Pasifik dan itu berarti memberdayakan mereka untuk mencapai seluruh potensialnya, baik dengan menghilangkan hambatan investasi dan perdagangan barang dan jasa, membangun kapasitas UMKM dan perempuan, meletakkan fondasi strategis bagi tenaga kerja yang fasih perkembangan zaman, mempercepat perubahan ekonomi struktural di dalam ekonomi masing-masing, memastikan seluruh infrastruktur yang dibutuhkan dan memaksimalkan potensi yang telah disediakan oleh era digital.
“Untuk mewujudkan itu semua, ABAC Indonesia memfokuskan agendanya di dalam pertemuan kali ini untuk mendorong peningkatan partisipasi perempuan di dalam ekonomi dan sistem finansial yang inklusif. APEC Impact Fund yang merupakan inisiatif Indonesia juga sudah disepakati untuk terus didorong proses implementasinya. Dan ini akan menjadi PR kita untuk menyempurnakannya bersama UNDP dan meluncurkannya nanti saat Pertemuan ABAC IV di Santiago, Chile pada bulan November mendatang,” ucap Shinta Widjaja Kamdani, anggota ABAC Indonesia.
“Ekonomi inklusif juga penting untuk memastikan distribusi kekayaan dapat disebarkan secara merata. Oleh karena itu, ABAC Indonesia juga mendorong akses yang lebih luas untuk layanan keuangan seperti tabungan, asuransi, pensiun dan pembayaran non-tunai dimana hal tersebut saling melengkapi,” kata Kartiko Wirjoatmodjo anggota ABAC Indonesia.
Merujuk laporan World Bank Global Findex 2017, Pada tahun 2017 Indonesia mengalami kemajuan paling pesat dalam mendorong akses inklusi keuangan dari 20% di tahun 2011 menjadi 49%pada 2017. Hal tersebut didorong oleh program pengentasan kemiskinan pemerintah melalui jalur non-tunai. Bank Mandiri juga mendukung program tersebut dengan menyalurkan 3,2 triliun rupiah dalam Program Keluarga Harapan (PKH) dan 17,6 triliun rupiah dalam berbagai program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Surat Kepada Menteri yang Bertanggung Jawab untuk Perdagangan (Ministers Responsible for Trade)
ABAC juga dalam suratnya kepada Minister Responsible for Trade (MRT) telah menentukan beberapa prioritas yang akan diberikan saat pertemuan mereka di bulan Mei mendatang.
ABAC juga menyetujui pernyataan yang menunjukkan dukungan penuh bagi WTO dan juga terus mendorong reformasi di dalamnya untuk bisa merefleksikan kebutuhan berbagai model bisnis. “Pesan utama kita dalam mendorong para Menteri untuk meneruskan pekerjaan kritis mereka dalam memperdalam integrasi ekonomi regional di Asia Pasifik.
“Kami sangat menantikan kesempatan untuk menyerahkan Surat ini secara langsung untuk menunjukkan bahwa kami para pelaku bisnis Asia Pasifik siap untuk bekerja bersama secara konstruktif untuk memastikan kawasan Asia Pasifik dan masyarakatnya bisa terus maju,“ tutup Richard von Appen.
Laporan: Muhammad Lutfi