KedaiPena.Com – Penanganan sampah di Tangerang Selatan (Tangsel) diklaim dilakukan dari hulu ke hilir. Dengan hal ini diharapkan penanganan ini dapat maksimal.
Demikian disampaikan Calon Walikota Petahana Tangerang Selatan Benyamin Davnie menjawab permasalahan sampah dan longsornya TPA Cipeucang dalam debat kandidat belum lama ini.
“Kita lakukan dari hulu ke hilir. Kita juga pakai penggunaan teknologi, sebab Tangsel terbatas lahan. Pembangunan budaya harus dilakukan, hukum pelanggar aturan, karena kita sudah punya aturan. Penegakan tidak boleh surut,” tega Ben, sapaannya.
Bersama stakeholder, pemuka agama, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, lanjut dia, Pemkot Tangsel berupaya untuk menangani sampah.
“Kita berharap masyarakat Tangsel lebih peduli sampah, sehingga kota Tangsel bersih, nyaman, indah,” lanjut dia.
Sementara wakil Ben, Pilar Saga Ichsan berujar, sampah di Tangsel mayoritas berasal dari rumah tangga. Dengan volume 700-900 ton per hari.
“Nah, bagaimana kita menyelesaikan masalah di hulu dengan bank sampah. Hal ini juga meningkatkan ekonomi masyarakat ada. Di lingkungan RT dan RW, kita ada bank sampah, yang terua meningkat jumlah dan kualitasnya,” ujar keponakan eks Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Selain itu, juga dilakukan inovasi teknologi dan juga pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), meski sampai ini proyek itu masih belum berjalan karena memerlukan investasi mahal, senilai Rp1,8 triliun.
Sementara itu kompetitor Ben-Pilar, Rahayu Saraswati menjanjikan pengolahan sampah tepat guna.
“Tangsel hanya punya armada kebersihan punya 40, sementara kelurahannya ada 54. Tenaga kebersihan hanya 150, bandingkan dengan kota Tangerang yang punya 600-an,” kata Saraswati.
Keponakan Prabowo Subianto ini menambahkan, pihaknya juga akan menghadirkan, bukan hanya satu, tapi dua pabrik pengolahan limbah.
“Kalau Pltsa program pemerintah pusat, maka harus segera dilakukan. Namun kalau tidak, kita juga siap dengan investor yang tidak butuh uang APBD. Mereka siap bangun pabrik pemilahan dan pengolahan limbah yang nantinya bisa digunakan sebagai bahan bangunan dan alternatif pembangunan jalan pengganti aspal,” beber Saraswati
Sayang, mendengar penjelasan Saraswati, Pilar malah terlihat bingung.
“Saya sebagai sarjana teknik, masih mempertanyakan sampah bisa jadi aspal atau bahan bangunan, karena itu berdampak pada kesehatan,” jawab Pilar.
Laporan: Sulistyawan