KedaiPena.Com – Peresmian mobil Esemka di Boyolali dikritisi. Bukan tidak suka atau gembira memiliki industri otomotif, akan tetapi kejujuran atau transparansi produk diragukan.
Demikian dikatakan Pemerhati Politik M Rizal Fadillah dalam keterangan yang diterima, ditulis Senin (9/9/2019).
Dicitrakan Esemka ini adalah mobil yang dahulu dibanggakan sebagai mobil nasional saat Jokowi menjadi Walikota Solo. Hasil kreasi dan kerja anak-anak SMK.
“Namun nyatanya berbeda. Yang disebut pabrik tak lain hanya perakitan saja. ‘Chasis’ dan blok mesin impor dari Cina. Tak ubah hanya bebenah ‘knock down’ karoseri. Dan ini diakui oleh sang Dirut ini bukan mobil nasional. Tipe mobil tak beda dengan mobil produk negara Cina,” kata Rizal.
Masyarakat rasanya bosan melihat gaya kepemimpinan negara yang berorientasi pencitraan dan manipulatif. Selalu dianggap mudah untuk ditipu-tipu. Inilah wajah kepemimpinan nasional yang memprihatinkan.
Mobil Cina Changan Star Truck mirip betul dengan mobil Esemka Bima. Jadi terkesan ‘rebadge’ saja. Kita malu oleh negara seperti Malaysia yang konsisten dengan mobnas-nya.
“Kita juga dahulu telah merintis mobnas tapi yaitu dengan pergantian pemerintahan berganti pula program sehingga tidak berlanjut. Awalnya Esemka akan muncul, namun tenggelam. Kini diresmikan pak Jokowi tapi ini bukan rintisan awal melainkan sekedar nama SMK sebagai singkatan dari PT. Solo Manufaktur Kreasi (SMK). Produk mobil sangat berbau Cina,” paparnya.
Ia menambahkan, tiga kali kita harus menutup muka. Pertama, malu mengaku hebat dan bangga memiliki industri otomotif nasional, nyatanya hanya industri ‘assembling’. Kedua, yang di-‘bandage’ adalah produk Cina yang dikenal berkualitas rendah. HP Cina, Motor Cina, dan kini Mobil Cina tentu juga bercitra rasa rendah. Mana mau Presiden dan Menteri pakai mobil buatan Cina.
Ketiga, Esemka dulu pergi tak permisi, kini datang tanpa diundang. Diresmikan Presiden dengan dasar pencitraan. Kebanggaan hanya basa-basi untuk menutupi kelemahan.
“Pak Jokowi rupanya memang salah langkah karena nyatanya infrastruktur tidak membawa makmur, manufaktur tidak mengurangi penganggur, kepura puraan menjadi kultur, dan akhirnya kewibawaanpun luntur. Sebelum dilantik sudah babak belur,” papar dia.
Revolusi mental harus benar mengubah mental. Karakter yang gemar memimpin dengan pencitraan dan manipulatif mesti diubah secara revolusioner. Menjadi lebih jujur, sederhana dan apa adanya. Bukan sebaliknya yang memang tidak ada apa-apanya dibangun citra seperti ada apa-apanya. Membohongi orang lain sama saja dengan membohongi diri sendiri. Dan celakanya orang lain tahu bahwa diri itu sedang berbohong.
Mobil Esemka yang kini diproduksi PT SMK dan segera dipasarkan sebaiknya diakui saja rakitan. Bukan mobil nasional, bagian dasarnya impor dari Cina, serta bukan pula Esemka yang asli sebagaimana dahulu dikampanyekan Jokowi saat menjadi Walikota Solo. Publik akan memaklumi dan menghargai keadaan tersebut.
“Bila berangkat dari pencitraan dan manipulasi, sudah dipastikan mobil Esemka esok akan jadi barang rongsokan yang tak laku dijual di pasaran. Pasar juga akan menyebut itu sebagai mobil-mobilan,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh