Artikel ini ditulis oleh Memet Hakim, Pengamat Sosial, Wanhat APIB.
Memahami RG harus dengan otak waras, tanpa itu kita bisa kesal dibuatnya. Beliau ahli filsafat yang cerdas, tetapi memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. RG selalu membela rakyat dan Islam lurus yang selalu ditindas oleh rejim, padahal dia seorang Katolik. RG selalu membela yang lemah, dia selalu mengajak berpikir logik (waras).
Rocky Gerung memang cerdas, pintar dan punya nasionalisme yang tinggi. Dibandingkan dengan para petinggi istana dan partai rasanya RG masih lebih kuat nasionalismenya. Bayangkan dalam kondisi seperti ini RG masih berani membela rakyat dan membela umat Islam. Selain itu berani menyatakan yang benar itu benar, yang salah itu salah dihadapan para Hakim dan mahasiswa.
Keberanian seperti itu tidak kita lihat dari para menteri bahkan presiden sekalipun. Petinggi tentara dan polisi tidak berani bersuara lantang untuk menegakkan kebenaran, membela rakyat dan negara, walau mereka dibayar untuk itu. Lebih aman diam dari pada bersuara lantang.
Capres plat merah ya sama saja tidak ada yang berani membela rakyat dan negaranya dari ancaman komunis dan RRC, sama halnya dengan para anggota DPR wakil partai. Mereka itu hanya perlu suara rakyat, tapi tidak mau membela rakyat, padahal mereka dibayar okeh rakyat.
Berbeda dengan RG yang konsisten dalam bersikap, selalu mengajak berpikir dan mengolah otak untuk membela rakyat. RG adalah seorang nasionalis, pejuang keadilan dan kebenaran. RG akan selalu bersuara siapapun presidennya. Otaknya tidak bisa dikekang, dikendalikan oleh pikiran kotor dan jahat. Bahasa yang digunakan kadang membuat kita kaget tapi jika direnungkan memang benar.
Istilah dungu misalnya digunakan RG untuk orang yang tidak mau berpikir logis. Begitu juga IQ 200 tapi sekolam, itu adalah sindiran bagi orang yang gak mau berpikir. Terakhir istilah “bajingan” atau “bajingan tolol” itukan biasa digunakan di kalangan anak muda, bahkan merupakan lirik dalam lagu bernuansa pop.
SBY bahkan di demo dengan membawa “kerbau” karena dianggap lambat seperti kerbau. Di Wilayah Jawa Timur ada istilah jancuk atau di kawasan Jateng menjadi “ndasmu”. Di Bandung sebutannya “kehed” atau “anj..g”. Mungkin terasa keras bagi yang tidak pernah mendengarnya. Di dunia pergaulan generasi muda rasanya biasa saja. Jangan lupa RG adalah dosen yang sehari-hari mengajar mahasiswa dan generasi muda.
Ucapan “bajingan tolol” untuk presiden oleh kalangan advokat tidak termasuk pelanggaran pidana ataupun perdata. Apa yg harus dikatakan pada seorang presiden yang menjual negaranya kepada negara asing? Sebutan dari RG rasanya masih halus. RG tidak menyebutnya sebagai penghianat bangsa, yang lebih merendahkan.
Bajing itu adalah binatang yang lucu, berbulu panjang dan pandai melompat. “Bajingan” adalah kusir pedati (gerobak kuda), jadi jauh dari arti negatif. “Bajingan” juga bisa dianggap ungkapan kekesalan, yang maknanya penjahat. Tapi mungkinkan Presiden menjadi penjahat? Ya sangat mungkin, atau barangkali sudah terjadi. Presiden yang menindas rakyatnya, tetapi merangkul pengusaha. Presiden yang memusuhi ulama lurus dan rakyatnya bisa disebut penjahat juga, presiden pembohong juga bisa disebut penjahat, apalagi “menjual negeri” tentu sebutannya “bos penjahat”.
Apakah para pelapor dan KSP tidak merasa negara kita dijual murah? Apakah mereka tidak paham bahwa SDA kita diobral presiden? Bagaimana dengan rakyat miskin yang masih dipelihara sekitar 10 persen? Bagaimana penduduk RI bertambah secara signifikan dengan adanya migrasi pebduduk RRC dan tka? Apakah mereka tidak sadar kesempatan kerja bagi penduduk Indonesia diambil oleh tenaga kerja asing?
RG adalah pahlawan pembela rakyat yang dirugikan oleh kebijakan presiden yang merugikan rakyat sendiri dan menguntungkan pengusaha. RG membangunkan kita semua agar berpikir waras, berpikir logik agar tidak diam saja saat kedzaliman terlihat di depan mata.
Bandung, 09.08.2023
[***]