KedaiPena.Com – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi membentuk holding BUMN Migas dengan Pertamina sebagai induk holding tersebut. Pertamina sendiri akan melebur bersama Perusahaan Gas Negara (PGN) yang juga mengakuisisi Pertagas anak perusahaan Pertamina.
Kendati demikian, rencana pembentukan holding migas ini masih menyisahkan sejumlah permasalahan. Utamanya soal kinerja buruk keuangan PGN sepanjang tahun 2017. Laba PGN di tahun 2017 tidak sampai menyentuh angka 110 juta USD.
Capaian PGN berbanding terbalik dengan anak usaha Pertamina, Pertagas yang akan dilebur bersama lantaran untuk kali pertama dalam sejarah, laba Pertagas mampu mengalahkan PGN. Pertagas sendiri sepanjang tahun 2017 justru mampu mencetak hampir 140 juta USD.
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara, menyarankan, agar PGN dapat memperbaiki kondisi keuanganya terlebih dahulu sebelum benar-benar melebur bersama Pertagas.
“Jadi pendapatan mereka turun dan kemampuan untuk bayar hutang mereka juga turun. Untuk memperbaiki itu sebaiknya di tangani oleh PGN saja dulu,” ujar Marwan kepada wartawan, Kamis (1/2/2018).
Marwan menjelaskan PGN harus benar-benar mendeteksi apa yang menjadi penyebab memburuknya kinerja keuangan. Jangan sampai, kata Marwan, Pertamina (Pertagas) yang harus menanggung beban tersebut.
“Harus dilihat penyebab kerugiannya secara jelas. Apakah karena pembelian sejumlah lapangan migas di saat harga minyak dan gas yang sempat tinggi. Ini harus bisa diselesaikan dan diatasi,” jelas Marwan.
Dengan kondisi demikian, Marwan berpesan, soal pentingnya good governance dalam peyelengaraan manajemen. Pemerintah, kata Marwan, harus bisa menekankan hal tersebut apabila holding migas ini sudah berjalan.
“Banyak BUMN terpaksa melakukan aksi korporasi atas perintah penguasa dan manejemen tidak bertindak. Namun, seandainya aspek governance ini jalan aspek-aspek itu akan bisa dihindari,” beber Marwan.
“Dan itu harus satu paket dalam hal pembentukan holding ini. Kalau tidak itu bisa kembali jadi korban dari kepentingan politik penguasa,” pungkas Marwan.
Laporan: Muhammad Hafidh