KedaiPena.com – Indonesia memiliki sumber energi baru terbarukan (EBT) yang cukup besar, meliputi energi surya, angin, panas bumi hingga nuklir. Sayangnya, dari target bauran EBT 23 persen pada tahun 2025, bauran EBT pada tahun 2021 baru mencatat angka 12,61 persen.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mego Pinandito menyatakan, pemanfaatan EBT masih belum maksimal. Khususnya karena masih besarnya kontribusi penggunaan energi fosil, yang ditujukan untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru bara hingga pemakaian BBM dengan nilai oktan (RON) di bawah standar.
“Potensi itu yang harus terus kita dorong ke depannya. Kita perlu memperhatikan langkah-langkah transisi energinya, melalui pemanfaatan energi baru terbarukan termasuk nuklir, dengan memperhatikan masalah keamanan pasokan, melihat akses terhadap kebutuhan dalam harga yang terjangkau, kemudian memanfaatkan energi bersih dan keberlanjutan dalam konteks lingkungan,” kata Mego, Senin (24/10/2022).
Ia menyatakan BRIN saat ini terus mengembangkan berbagai teknologi baru, termasuk membahas kesiapan yang terkait dengan pembangkit listrik tenaga nuklir.
“Khususnya langkah transisi energi ini diharapkan tidak memberatkan keuangan negara, secara khusus APBN. Tapi juga bisa menggandeng sumber-sumber pendanaan lain termasuk industri. Sehingga bisa tetap menjaga stabilitas keuangan dan perekonomian nasional,” ujarnya.
Mego juga mengajak agar Indonesia untuk memperkuat kerjasama dengan negara lain, baik yang berada di kawasan ASEAN maupun yang sudah menerapkan teknologi nuklir dalam penggunaan energi baru terbarukan.
“Ini sebabnya kita akan terus diskusikan bersama-sama, bagaimana kita bisa mendapatkan dukungan dari negara-negara tetangga kita. Sehingga kita akan mampu mengembangkan dan memanfaatkan tenaga nuklir sebagai salah satu sumber energi nasional untuk percepatan pembangunan,” tandasnya.
Laporan: Ranny Supusepa