UCAPAN Megawati agar Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bersikap Jantan, tidak perlu dianalisa lagi. Intinya kalau mau independen jangan minta partai lagi
Tanggal 8 Maret 2016, Ahok menyatakan dia ‘full’ ikut jalur Independen, tidak setengah-setengah dan dia berani pertaruhkan posisinya
Bahkan kemunculan dua partai yang mendukungnya dianggap mendukung secara independen. Nasdem malah bantu Teman Ahok kumpulin KTP
Kini Ahok malah sibuk wara-wiri mencari partai. Bahkan tanpa diundang, Ahok datang ke acara peluncuran buku Megawati.
Dimana konsistensi Ahok? Katanya ‘full’ dan tidak setengah-setengah? Pantas Megawati meminta Ahok untuk bersikap jantan
Dengan mendekati partai-partai dan mengincar dukungan 22 Kursi DPRD, Ahok sudah khianati Teman Ahok yang berjuang untuknya.
Ahok juga mengkhianati Heru pasangannya. Karena kalau Ahok dengan partai, posisi cawagub sudah pasti bukan lagi Heru.
Makanya untuk membuktikan kejantanan Ahok, Teman Ahok buat perjanjian dengan Ahok. Isinya independen atau tidak sama sekali.
Teman Ahok harus berani bersikap, menuntut janji Ahok dulu kepada mereka dan sesumbar berani pertaruhkan jabatan. Buat secara tertulis.
Kalau tidak, maka diduga kuat Teman Ahok ibarat penonton bayaran di TV. Mereka disuruh berakting untuk memeriahkan suasana.
Teman Ahok waktu kerumah Ahok menuntut nama bacawagub, akting jalankan skenario agar terkesan heroik. Seolah-olah benar berjuang.
Itulah wajah sebenarnya Teman Ahok jika dia tidak berani menandatangani perjanjian dengan Ahok dan tidak berani dipublikasikan.
Hanya orang bodoh dan sakit jiwanya yang mau dikhianati. Kalau Teman Ahok bukan orang bodoh dan sakit jiwa, tapi tidak mau buat perjanjian, ini jelas akting.
Teman Ahok adalah sekumpulan anak muda yang disuruh berakting untuk pencitraan Ahok, agar mendapatkan dukungan partai. Hina benar.
Jadi, ditunggu publikasi perjanjian Teman Ahok dan Ahok bahwa akan maju independen tanpa partai, walau didukung partai PDIP sekalipun.
Sekalian buat perjanjian dengan Heru, karena satu paket. Jangan nanti Heru dikhianati juga. Jantan dong Pak Ahok!
Begitupun dengan NasDem dan Hanura, Ahok minta komitmen mereka kalau mau dukung dia, harus berani relakan kursi DPRD hangus.
Jangan mentang-mentang tanpa syarat lalu gak jantan. Nasdem dan Hanura dukung Ahok tapi gak mau rugi, kursi DPRD diberikan pada calon lain.
Diduga kuat Nasdem dan Hanura manfaatkan Ahok untuk menaikkan “nilai” kursi mereka. Saat nanti ada calon butuh 5 atau 10 kursi lagi, Maka Nasdem atau Hanura akhirnya punya “nilai” yg sangat tinggi. Karena calon butuh dan tidak ada lagi kursi. Tinggal punya mereka.
Berani tidak NasDem dan Hanura seperti kata Megawati, Jantan dong!. Mereka buat surat resmi terbuka yang menyatakan bahwa mereka dukung Ahok maju secara independen, dan kursi DPRD mereka tidak untuk calon manapun. Kursi mereka hangus! Berani?
Kalau NasDem dan Hanura tidak jantan, maka Ahok dan Teman Ahok dimanfaatkan untuk menyimpan kursi mereka agar “mahal” nantinya.
Statemen Megawati tentang sikap jantan sangat pas untuk Ahok, Teman Ahok, Nasdem dan Hanura. Beranikah mereka jantan?
Kalau Ahok dan Teman Ahok tidak berani buat perjanjian, maka jelas ini skenario dan akting. Seolah-olah pejuang muda. Gak taunya.
Kalau Nasdem dan Hanura tidak berani buat surat pernyataan resmi bahwa kursi mereka di DPRD hangus! Maka ini permainan dua kaki.
Ditunggu kejantanan Ahok, Teman Ahok, Nasdem dan Hanura. Kalau tidak, ini akting dan skenario yang sangat buruk!
Oleh Teddy Gusnaidi, praktisi hukum dan pemerhati sosial politik