Artikel ini merupakan Kesaksian Mayjen (Purn) TNI-AD Yahya Secawirya.
Saya mulai mengenal Rizal Ramli pada saat negeri ini sedang mengalami krisis ekonomi yang kondisinya sangat berat, yaitu menjelang tahun 1998.
Waktu itu banyak ekonom yang menyampaikan pandangannya mengenai situasi saat itu.
Saya sebagai Asisten Assospol Kassospol ABRI (TNI) yang kala itu dijabat oleh Susilo Bambang Yudhoyono dengan sikap terbuka seringkali mendengarkan pandangan-pandangan para ekonom tersebut dalam berbagai forum.
Krisis perekonomian nasional sudah mulai benar-benar terasa dampaknya pada tahun 1997. Yang antara lain terlihat dari terus jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Situasi ekonomi waktu itu memang cukup berat, karena berdampak luas kepada perekonomian masyarakat.
Kami melihat realitas ini dan terus mengikuti perkembangan yang terjadi.
Dalam periode inilah saya mengenal pemikiran-pemikiran ekonomi Rizal Ramli. Sebelumnya saya sudah cukup banyak membaca tulisan-tulisannya dari lembaga think tank ekonomi yang dipimpinnya, yaitu Econit (Economic, Industry, and Trade).
Saya bukan hanya membaca tulisan-tulisannya, tetapi juga menyebarkan tulisan-tulisannya itu kepada para staf terkait, dan kemudian meminta tanggapan mereka dalam diskusi-diskusi.
Melalui tulisan-tulisannya yang berkaitan dengan situasi perekonomian nasional saat itu Rizal Ramli memberikan banyak sekali masukan yang sangat berguna, yang disampaikannya secara lugas dan mudah dimengerti.
Isi tulisannya tidak ada kepentingan politis sama sekali. Rizal Ramli menyampaikan pandangan-pandangannya secara realistis.
Yang juga menarik Susilo Bambang Yudhoyono waktu itu mengadakan seminar-seminar bukan hanya untuk kalangan ABRI saja, tetapi juga untuk kalangan ekonom untuk didengarkan tanggapan-tanggapannya.
Saya terus mengikuti pemikiran-pemikiran Rizal Ramli, termasuk saat ia menjadi menteri bidang perekonomian di kabinet Presiden Abdurrahman Wahid.
Waktu itu saya sedang di Sesko (Sekolah Staf dan Komando) ABRI, Rizal Ramli juga banyak memberikan masukan-masukan kepada lembaga ini mengenai pemikiran ekonominya.
Di masa Presiden Abdurrahman Wahid itu, dengan Rizal Ramli sebagai menteri di bidang ekonomi, saya melihat kesulitan-kesulitan perekonomian nasional berhasil ditekan.
Waktu itu negeri ini kan masih dalam fase tiga persoalan yang harus dibenahi, yaitu ekonomi, politik, dan sosial.
Sektor perekonomiannya bisa ditangani secara menonjol oleh Rizal Ramli sebagai menteri yang menangani masalah perekonomian nasional.
Waktu Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi Presiden RI, pada 2004, hubungan saya dengan Rizal Ramli agak terputus. Saya bergabung di Partai Demokrat dan masuk DPR RI.
Selain fokus juga di partai di bidang pemenangan pemilu, bersama Ketua Umum Partai Demokrat, Hadi Utomo.
Waktu di DPR RI saya bertemu lagi dengan Rizal Ramli. Saya memimpin Pansus Century. Rizal Ramli menjadi panelis untuk Pansus tersebut. Ia menyampaikan pandangan-pandangannya mengenai masalah di Pansus tersebut secara lugas dan mudah dimengerti.
Setelah periode itu, yaitu setelah saya tidak lagi di DPR RI, saya tetap mengikuti perkembangan perekonomian nasional. Saya melihat Rizal Ramli tetap konsisten dengan sikap kritisnya. Saya rasa konsistensinya ini adalah suatu hal yang jarang dimiliki oleh setiap orang.
Termasuk saat ia menjadi Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli tetap mengutamakan kepentingan masyarakat dan bangsa. Ia bertindak bukan karena perintah, tapi karena bersikap realistis.
Sampai sekarang saya masih suka buka-buka YouTube untuk mengikuti pemikirannya. Termasuk soal ajakan debatnya kepada Sri Mulyani. Saya selalu melihat banyak segi-segi positifnya.
Kesan pribadi saya terhadap Rizal Ramli, sebagai ekonom senior beliau adalah tokoh yang menguasai bidangnya. Saya menghormati itu.
Akhirnya saya mendoakan agar Rizal Ramli terus sehat wal afiat. Supaya dengan demikian beliau dapat terus mencurahkan pemikirannya untuk bangsa dan negara. Apalagi situasi sekarang ini terasa “tenang-tenang menghanyutkan”, terutama dalam soal hutang negara. Istilahnya “ngeri-ngeri sedap …”.
Karena itu saya selalu mengharapkan pemikiran-pemikiran Rizal Ramli yang brilian, yang menurut saya sangat diperlukan untuk kepentingan bangsa dan negara.
[***]