KedaiPena.Com – Desa Wisata Cidahu yang berada di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat merupakan daerah yang dekat dengan pabrik-pabrik perusahaan air minum.
Pabrik-pabrik dari produk minuman kemasan seperti Aqua, Kratingdaeng dan Pocari Sweat berada di kawasan yang dekat dengan desa tersebut.
Dampak negatif dari keberadaan pabrik-pabrik minuman kemasan tersebut kini mulai terasa di Desa Cidahu yang rencana akan resmi dijadikan desa wisata pada 2018 nanti.
“Karena kebetulan mata airnya tidak ada di desa kita jadi tidak terlalu terdampak. Tapi tetap saja hulu sungainya yang ada di Desa Cidahu dulu memiliki aliran air yang besar kini mendadak kecil dan mengering saat pabrik-pabrik tersebut masuk,” ujar Kepala Desa Cidahu Asep Rustan kepada KedaiPena.Com, di tulis Senin (18/12).
“Kemarau dua minggu saja sungai-sungai di desa kita langsung mengering karena keberadaan pabrik tersebut. Tiga sungai utama kita langsung kering bila mana dua minggu mengalami musim kemarau,” sambung dia.
Kemudian, Asep menuturkan, dengan keberadaan pabrik-pabrik minuman kemasan tersebut telah membuat pemberian bantuan dari pemerintahan daerah terhenti.
Hal itu, lanjut Asep, dikarenakan pemerintah daerah beranggapan Desa Cidahu sudah terbantu dengan CSR yang diberikan perusahaan air minum tersebut.
Solusi terhadap kekeringan itu, sambung Asep, adalah pipanisasi air bersih dari taman nasional.
“Kalau kering begitu, untuk sebagian dari masyarakat kami mendapatkan bantuan pipanisasi dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak langsung,” imbuh dia.
Asep pun melanjutkan sudah mengajukan pemberian bantuan kerja sama dengan pihak Taman Nasional Gunung Halimun Salak atau tepatnya Resort Kawah Ratu untuk pemberian pipanisasi ke seluruh wilayah desanya.
“Untuk bantuan pipanisasi beberapa lingkungan belum kebagian. Oleh sebab itu kita pun sudah mengajukan kerja sama pinjam pakai air gratis untuk masyarakat,” jelasnya.
Hal ini pun akan menjadi bumerang bilamana nantinya Desa Wisata Cidahu resmi dibuka. Sebab, akan menjadi aneh bilamana sebuah Desa Wisata yang salah satunya menjual destinasi wisata air mengalami kekeringan.
Laporan: Muhammad Hafidh