APABILAÂ masyarakat pintar, para calon yang ingin mengajukan diri, kesusahan mencari jalan agar mereka terpilih. Apalagi yang sudah terpilih, mereka kebingungan mencari cela agar mereka tetap bertahan.
Sudah menjadi tradisi setiap masa pemilihan para calon sibuk menyiapkan bahan sembako dengan baliho bertuliskan ‘Kami Siap Memakmurkan Rakyat’.
Ada juga yang sibuk membagi-bagikan kelender dengan gambar mereka yang bertuliskan ‘Kami Siap Memperjuangkan Rakyat’.
Bahkan ada yang memaksa menempelkan stiker di samping stiker lain, di depan kaca rumah atupun pintu dengan tulisan ‘Kamilah yang Terbaik’.
Alhasil, kaca rumah sudah sesak dengan stiker, tapi ekonomi belum stabil. Masyarakat memang tak diizinkan pintar.
Ketika sudah terpilih maka orang yang berkata ‘Memakmurkan Rakyat’ jadi ‘Memakmurkan Diri’. Yang ‘Siap Memperjuangkan Rakyat’ menjadi ‘Memperjuangkan Kerabat Keluarga’.
Yang punya slogan ‘Yang Terbaik’ malah jadi ‘Yang Terbalik’. Masyarakat memang tak di izinkan pintar.
Apabila masyarakat pintar mereka akan paham ilmu tentang bisnis, perdagangan dan lain-lain. Sehingga berangsur-angsur ekonomi masyarakat semakin baik, sehingga mereka tak butuh diiming-imingi materi dari pihak-pihak tertentu yang punya kepentingan pribadi dalam kancah pemerintahan.
Apabila masyarakat pintar, maka kepintaran mereka akan menjadi modal utama agar mereka makmur, bisa berjuang dan mereka akan menjadi masyarakat terbaik. Itu apabila masyarakat diizinkan pintar.
Oleh Aiman Adnan, Ketua Sapma PP Sulsel