KedaiPena.com – Dampak dari kemarau panjang ini, salah satunya terjadinya krisis air. Sulitnya mendapatkan ketersediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan primer sehari – hari. Dan ini terjadi secara merata hampir seluruh wilayah Indonesia.
Tidak terkecuali Tuban.
Tahun ini, ada sekitar 40 desa di 14 kecamatan, dari 20 kecamatan yang ada di kabupaten Tuban, mengalami kondisi terdampak kemarau panjang, yakni mengalami krisis air.
Hal ini disampaikan Kalaksa BPBD Tuban Drs Sudarmaji MM, saat melakukan kunjungan studi banding di Sekolah Air Hujan Banyu Bening Yogyakarta.
“Setiap hari sekitar 90.000 liter per harinya droping air ke wilayah terdampak,” kata Sudarmaji, dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (26/11/2023).
Lebih lanjut disampaikan bahwa perlu penyelesaian permanen terkait dengan krisis air di Tuban.
“Ini yang memotivasi team BPBD Tuban untuk belajar di Sekolah Air Hujan Banyu Bening,” imbuhnya.
Kunjungan disambut hangat oleh team Banyu Bening. Dalam paparannya Sri Wahyuningsih, atau akrab disapa Bu Ning, menyampaikan bahwa masyarakat perlu contoh baik yang dapat dilihat. Terlebih di Grabagan, salah desa di Tuban, juga sudah memanfaatkan air hujan dari dulu. Dan itu bisa jadi contoh di sana.
Namun perlu adanya sedikit perubahan cara menampung air hujan, mengingat kondisi lingkungan kita saat ini untuk tetap menjaga higienisnya air hujan sampai ke kita.
Menampung air hujan dan menabungnya, hal ini menjadi salah satu upaya penyelesaian permasalahan air bersih di Tuban. Dan tentunya di berbagai wilayah lainnya.
Menampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari -hari. Juga harus menabungnya untuk cadangan musim kemarau.
“Terobosan ini harapannya mampu menjadi solusi permanen tidak dropping air lagi ke depannya,” kata Bu Ning.
Laporan: Tim Kedai Pena