KedaiPena.Com- Doa dan dukungan untuk calon Gubernur Sumatera Barat nomor urut 4 Mahyeldi terus mengalir dan berdatangan dari berbagai kalangan masyarakat. Dukungan tersebut kali ini datang saat Mahyeldi menyambangi tokoh masyarakat Mantuang.
Salah satu Tokoh masyarakat, yang juga Ketua Jamaah Asyatahiriyah Tengku Mudo Ismet Ismail, menerima kedatangan buya sapaan khas Mahyeldi. Ia bahkan, mendoakan dan mendukung Cagub no 4 Mahyeldi untuk menjadi Gubernur Sumbar.
“Mahyeldi Ansharullah sendiri merupakan orang asli Agam. Kemudian beliau mengharumkan nama kampungnya dengan menjadi walikota padang dua periode. Pada masa kepemimpinan beliau Padang mengalami transformasi luar biasa seperti pembenahan pantai di Padang dan perbaikan jalan utama di sekitar Masjid,” kata dia dalam keterangan, Jumat, (13/11/2020).
Ia menjelaskan, perjalanan dari surau ke surau Buya Mahyeldi, tidak hanya sebatas hal tampak saja. Sekedar berpindah dari satu surau, ke surau lainya.
“Tidak begitu. Jika dilihat lebih dalam, ada empat pesan yang ingin disampaikan Buya Mahyeldi ke masyarakat Sumatera Barat. Pertama, Buya Mahyeldi ingin menyampaikan pesan surau merupakan simbol orang Minang yang menganut filsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah yang harus tetap hidup,” papar dia.
Kedua, lanjut dia, calon yang diusung oleh PKS ini juga selalu menghadirkan pesan, surau merupakan tempat mulia yang harus selalu dimakmurkan dengan berbagai kegiatan ibadah. Seperti sholat berjamaah, dzikir dan kegiatan keagaman lainnya.
“Ketiga, Buya Mahyeldi secara tidak langsung memberikan pesan, surau merupakan sumber dari peradaban. Jika ingin masyarakat dan daerah maju, maka kembalikan semuanya ke surau. Dan terkahir Buya Mahyeldi memberikan pesan penting, surau adalah jiwanya, surau adalah cerminan dirinya,” tegasnya.
Ia mengatakan, sangat jarang pemimpin atau calon pemimpin yang benar-benar menjadikan surau sebagai orientasi utama dalam membuat kebijakan yang dihadirkan ke masyarakat.
“Yang ada hanya memanfaatkan surau sebagai sarana mendulang suara sesaat. Setelah hasrat terpenuhi suraupun ditinggalkan. Disorientasi dan kesalahan niat dalam membangun sebuah peradaban,” papar dia.
Ia mengungkapkan, hal tersebut tentu tidak bagi Buya Mahyeldi. Karena Buya Mahyeldi berasal dari surau tumbuh dan besar di surau.
“Bisa dilihat buah kepemimpinanya, Kota Padang kian tumbuh dan berkembang sangat pesat,” tandasnya.
Laporan: Sulistyawan