KedaiPena.Com – Bisnis kedai kopi sangat terdampak akibat ‘lockdown‘ yang terjadi di berbagai daerah Indonesia saat ini.
Dalam beberapa bulan ke depan, akan terlihat siapa yang bertahan dan siapa yang lempar handuk putih. Dibutuhkan strategi jitu untuk bertahan dalam masa sulit kali ini.
Setidaknya hal itu yang dirasakan Heriyono, pemilik Kopi 98 di bilangan Graha, Alam Sutra, Tangerang Selatan.
Heri menegaskan, sejak virus corona melanda, omzet bisnisnya turun sampai 60-70 persen.
“Sehari rata-rata uang masuk sekitar Rp 2,5-3 juta sekarang di kisaran Rp800 ribuan sudah bagus,” kata dia kepada KedaiPena.Com, Senin (23/3/2020).
Solusi sementara, lanjutnya, bertahan dan sambil mencari formulasi yang tepat. Misalnya menggenjot penjualan via daring (online).
“Jemput bola seperti pesan via WA dan di antar ke rumah konsumen, tanpa ongkir, tapi dengan jarak maksimal di radius 5 km,” ujarnya.
Untuk operasional kedai, ia tetap mengedepankan protokol WHO. Seperti menyediakan ‘hand sanitizer‘ dan ‘disinfektan‘. Menggunakan ‘take away cup‘, staf dibekali dengan sarung tangan, masker, serta mendorong transaksi non tunai.
Heri melanjutkan, tapi bukan tidak mungkin dirinya akan tutup sementara bisnisnya, sebagai bagian dari ‘social distancing’.
“Karena tidak ada pilihan lain. Tapi gaji pasti tetap kita bayar, sebagai tanggung jawab,” lanjutnya.
Kopi 98 yang kini memiliki tim 10 orang. Dari jumlah itu, pengeluaran bulanan bisa mencapai puluhan juta hanya untuk belanja karyawan. Belum lagi operasional lain.
Ia pun meminta ‘stakeholder’ membantu pebisnis macam dirinya agar visa bertahan. Misal dengan memberikan suntikan insentif sementara, dengan gratiskan iuran listrik bagi pelaku UMKM.
“Listrik itu bisa memakan 10 persen dari ongkos produksi biaya bulanan,” pintanya.
Yang juga Perlu dicatat, dua bulan lagi Idul Fitri dan pelaku usaha harus memberi tunjangan hari raya (THR) ke karyawan. Kalau kondisi ini semakin tidak menentu, bukan tidak mungkin pemberian THR hanya 50 persen.
“Pilihannya adalah ‘berkorban saat ini’ atau akan lebih fatal kondisinya,” Heri memaparkan.
Sebenarnya, ia punya usulan lain, yakni subsidi gaji karyawan yang diberikan pemerintah, baik pusat atau daerah. Tapi, dia rasa, hal itu mustahil.
“Kasihan karyawan, kalau pelaku usahanya mungkin masih bisa bertahan buat dirinya, tapi kalau karyawan?,” kata dia lagi.
Kemungkinan terburuk, ujarnya, adalah rasionalisasi, karena usaha akan tutup sementara.
“Kalau sektor lain bisa bekerja di rumah (‘work from home’), kalau orang jualan buka kedai atau restoran, tidak bisa karyawannya kerja di rumah,” tandasnya.
Laporan: Sulistyawan