KedaiPena.Com – Mahasiswa Pecinta Alam UI (Mapala UI) melakukan ekspedisi ke Pegunungan Jaya Wijaya tahun 1972 silam. Beberapa puncak berhasil dicapai, seperti Cartenz Pyramid, Puncak Jaya atau orang setempat menyebutnya Nggapulu, diikuti lagi dengan pendakian ke beberapa puncak lainya.
Dilansir dari 40 Tahun Mapala UI, persiapan menuju Pegunungan Jaya Wijaya dilakukan dengan matang. Dan mendekati hari H, entah karunia atau kebetulan, tim ekspedisi Mapala UI ketiban rejeki.
Misalnya, mendapat jaket ‘wind breaker’, tongkat es, kantong tidur serta sepatu salju buatan Jepang dari Departemen Store Sarinah dan Kwatir Nasional Gerakan Pramuka.
Barang seperti itu di zaman yang belum mengenal adanya toko sisa ekspor dan ‘factory outlet’, bisa dibilang golongan barang-barang mewah. Mengingat saat itu, barang bekas pesanan tim Jambore Pramuka Nasional ke Jepang, merupakan barang impor mahal dan terbatas pemakaiannya.
Soal pakaian jalan, baju tahan dingin, dan kupluk balaclava, bahkan sepatu bot tentara eks-Ceko yang terkenal keren dan lebih awet dari sepatu bot TNI, beberapa anggota tanpa malu-malu mencari pinjaman pada rekan lain.
Tentu dengan janji akan dikembalikan, kalau tidak keburu rusak di perjalanan. Namun, untuk alat bantu pendakian seperti tali, Mapala UI mendapatkan bantuan khusus dari RPKAD di Cijantung.
Sedangkan untuk alat bantu pendakian seperti barang-barang kecil kompas dan lainya termasuk almamater bekas pesawat udara, tim memperoleh dari pasar Jatiayu, Bandung.
Khususnya untuk paku tebing dan alas cakar sepatu es, bagian logistik ekspedisi memesan langsung ke depo logistik PNKA di Stasiun KA Manggarai dengan meniru model atau menjiplak dari brosur.
Alhasil, terciptalah barang ketok magic dan “full hand madeâ€, piton dan crampons dari lembaran baja 5 millimetter.
Makanya kedua jenis itu nantinya dijuluki “the most powerfull pitons an crumpons in the world†oleh anggota grup Cartenz Glacier Exepedition, Australia saat mereka berjumpa di gunung es Papua.
Yang lebih gila lagi, tim ekspedisi mencoba-coba menjiplak las sepatu salju atau snow shoes, juga berbekal gambar brosur dan buku pendakian ke Everest di Himalaya.
Yang terjadi memang jadi juga alas sepatu salju, namun barang 100 persen “hand made†ini made ini toko rotan di Pasar Baru. Barang itu berbahan 100 persen asli rotan yang dijalin mirip alat penggebuk kasur di zaman orde lama.
Laporan: Muhammad Hafidh
Foto: Istimewa