KedaiPena.Com – Beredarnya spanduk Golkar yang menempelkan foto Presiden Joko Widodo yang dipasang di sejumlah tempat tersebut merupakan manuver partai Golkar yang mendompleng popularitas Presiden Jokowi.Â
Dengan menempel foto Presiden Jokowi dalam spanduk, banner dan baliho tersebut, Golkar berharap ada political impact yang positif buat Golkar.Â
‎
Demikian dikatakan Karyono Wibowo, ‎Peneliti Senior The Indonesian Public Institute kepada KedaiPena.Com di Jakarta, Rabu (15/9).‎
‎”‎Kapitalisasi foto Presiden Jokowi tersebut mungkin menjadi strategi Golkar untuk memperoleh keuntungan politik. Namun demikian langkah tersebut menurut saya merupakan strategi politik yang prematur dan justru bisa back fire, menjadi bumerang bagi Golkar sendiri,” sambung dia.Â
Golkar akan dianggap sedang mencuri start pemilu 2019. Karenanya, partai Golkar bisa menjadi common enemy, musuh bersama oleh partai-partai lain. Â
Di sisi lain, hasil keputusan Rapimnas Golkar yang mengusung Jokowi sebagai calon presiden 2019 justru semakin menegaskan bahwa Golkar sedang mengalami krisis kader dan krisis kepemimpinan.Â
“Atau, kepengurusan DPP Partai Golkar di bawah Setya Novanto justru tengah mengalami kirisis kepercayaan terhadap kadernya sendiri,” sambung dia.‎
Manuver Golkar yang mengusung Jokowi sebagai calon presiden 2019 dapat dimaknai bahwa Golkar sedang memainkan irama politik lama tetapi dimodifikasi dengan instrumen baru. Irama politik lama yang dimaksud adalah bagaimana cara Golkar mendompleng kekuasaan walau  kalah di pilpres.Â
“Pola dan strategi seperti ini sudah menjadi ciri khas Golkar pasca Orde Baru. Sedangkan, pola dan strategi Golkar mengusung Jokowi sebagai calon presiden 2019 dimana penetapannya dilakukan sekitar 3 tahun, jauh mendahului tahapan pilpres merupakan dari modifikasi dan instrumen politik baru partai Golkar,” Karyono ‎yang juga Direktur Strategic Indo Survey & Strategy‎ menambahkan.
Dalam perspektif yang lain, perlu dianalisis adalah jika pola dan strategi politik Golkar tersebut menggunakan filosofi benalu. Analogi politik benalu dalam konteks ini bisa menjadi dua pola, yakni berusaha hidup dengan mendompleng kebesaran nama Presiden Jokowi tanpa “mematikan” atau justru mendompleng tetapi sekaligus “mematikan”.Â
“Inilah yang harus diwaspadai oleh presiden. Saya berharap hal ini tidak terjadi,” Karyono mengingatkan.‎
Selain itu, terkait dengan foto Presiden Jokowi yang dipampang di berbagai alat peraga Golkar, sebaiknya, Presiden Jokowi perlu mengantisipasi jika di kemudian hari Golkar tertimpa masalah buruk. Maka Presiden Jokowi bisa terkena imbas politik yang dapat merusak citra presiden.
(Prw)‎